Anak-Anak Gaza Kelak Akan Menuntut Tanggungjawab Kita

Oleh:
Ummu Fahhala, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)

Terasjabar.co – Sungguh menyayat hati, kebiadaban Zionis diluar nalar dan jauh dari sisi kemanusiaan. Selain menjadi korban genosida, lebih dari 39.000 anak di jalur Gaza telah kehilangan satu atau kedua orang tua mereka akibat serangan Zionis yang terus-menerus dilakukan sejak 7 Oktober 2023, seperti dilansir international.sindonews, Santu (05/04/2025).

Mirisnya, semua fakta ini terjadi di tengah narasi hak asasi manusia, perlindungan dan pemenuhan hak anak serta penetapan hari anak Palestina tanggal 5 April lalu. Apalah arti hari peringatan anak jika penjajahan Zionis masih terus berlangsung hingga pada taraf yang begitu mengerikan di abad modern ini.

Zionis terus menjatuhkan bom di kamp-kamp pengungsian, hingga tubuh anak-anak perempuan dan laki-laki beterbangan di udara. Gedung-gedung terus dihancurkan, sarana vital seperti rumah sakit, sekolah, toko roti dan lainnya menjadi sasaran, bantuan kemanusiaan diblokade.

Semua pemandangan mengerikan terus berlangsung, tapi dunia tetap diam. Lembaga internasional hanya sibuk melakukan kecaman dan diplomasi. Sementara penguasa negeri muslim buta dan tuli, seolah dunia sedang baik-baik saja. Bahkan di antara mereka menormalisasi hubungan diplomatik dengan Zionis.

Realita ini semestinya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Masa depan Gaza Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam, yang menjalankan fungsinya sebagai raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung rakyat).

Rasulullah Saw. bersabda “Imam adalah pengurus rakyat (raa’in) dan ia bertanggung jawab atas pengurusannya.” Hadits riwayat Al-Bukhari.

“Sesungguhnya seorang imam itu adalah junnah (perisai), dia akan dijadikan perisai oleh orang yang berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah azza waalla dan adil, ia akan mendapatkan pahala, tetapi jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa (azab) karenanya”, Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim.

Perlindungan sistem Islam menjadikan umat terbebas dari genosida, perampasan hak, kezaliman, dan penistaan, sebagaimana yang dialami oleh anak-anak Gaza. Hal ini dibuktikan selama belasan abad masa kejayaan Islam, para pemimpin Islam berhasil menjadi pelindung yang aman dan memberikan support sistem terbaik bagi tumbuh kembang anak.

Islam memandang anak adalah generasi penerus yang harus terpenuhi dan terjamin kebutuhannya, seperti sandang, pangan, papan yang layak, pendidikan, kesehatan dan keamanan.

Islam tidak akan membiarkan bencana generasi terjadi. Karena itu, penjajahan Zionis terhadap Gaza Palestina tidak akan berlarut-larut, karena jihad akan segera diperintahkan pemimpin Islam untuk mengakhiri penjajahan bahkan sebelum penjajahan itu terjadi, sampai dipastikan wilayah tersebut tetap aman.

Pemimpin Islam itu, diantaranya Sultan Abdul Hamid II, telah melindungi Palestina dari permintaan dan tawaran kotor Theodore Herzl. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi mengerahkan semua kemampuannya untuk membebaskan kembali Al-Quds dari tentara salib.

Penjagaan yang luar biasa oleh pemimpin Islam diberikan agar tanah kaum muslimin tetap menjadi milik kaum muslimin. Perlindungan diberikan semaksimal mungkin agar anak-anak yang hidup terbebas dari penjajahan dan perampasan lahan, sehingga mereka bisa fokus pada potensinya untuk menjadi generasi cemerlang, pembangun peradaban Islam.

Sungguh kita merindukan sosok pemimpin seperti Sultan Abdul Hamid II dan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

7 − 1 =