New Normal, Zulkifly Chaniago Minta Masyarakat Tak Abaikan Protokol Kesehatan

Terasjabar.co – 15 daerah di Jabar yang sudah dinyatakan masuk dalam zona biru sudah diizinkan untuk mulai memberlakukan new normal oleh Pemprov Jabar. Meskipun dalam rilis Pemerintah Pusat dari 102 daerah, tidak ada satupun daerah di Jabar yang diizinkan melaksanakan new normal.

Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jabar Berli Hamdani mengatakan penerapan new normal tersebut tergantung kepada kepala daerahnya masing-masing, Pemprov hanya memberikan rekomendasi.

“Untuk yang 15 Kota dan Kabupaten di Jabar yang diizinkan untuk AKB tergantung kepala daerahnya masing-masing. Namanya diskresi. Jadi pemprov hanya memberikan rekomendasi,” ucap juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jabar Berli Hamdani, Senin (1/6/2020).

Terkait hal itu, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Fraksi Partai Demokrat H. Zulkifly Chaniago, BE. mengingatkan daerah yang akan memberlakukan new normal tentang pentingnya kesadaran kolektif masyarakat untuk memperhatikan protokol kesehatan.

“Saya mengingatkan bahwa daerah yang akan memasuki new normal harus dibarengi dengan kesadaran kolektif masyarakat untuk tetap memperhatikan protokol kesehatan, sebab jika abai bisa menimbulkan masalah lonjakan baru penderita covid 19 ini atau yang biasa dikenal dengan istilah gelombang kedua pandemi”, kata Zulkifly kepada Terasjabar.co, Senin (1/6/2020).

Apalagi kata dia, WHO sudah menyampaikan bahwa virus corona atau Covid-19 ini berpotensi menjadi endemik baru yang hidup di tengah masyarakat.

“Virus corona ini diprediksi tidak akan pernah hilang,” ujarnya.

Zulkifly mengatakan, dalam situasi yang serba sulit ini memang ada beberapa pilihan kebijakan dan setiap pilihan kebijakan pasti mengandung resiko.

“Memang ada beberapa pilihan kebijakan, setiap pilihan kebijakan yang akan diambil tentu selalu ada resiko plus minusnya. Salah satu opsinya adalah apa yang disebut new normal, yaitu setiap orang diberi kebebasan untuk melakukan kembali aktivitas hariannya secara normal tetapi tetap berpedoman pada protokol kesehatan, seperti jaga jarak, tidak kontak fisik, jaga kebersihan, cuci tangan, dan lain-lain. Artinya segala aktivitas normal sudah diijinkan kembali, namun harus disertai kedisiplinan dengan perilaku baru sebagaimana ditetapkan protokol kesehatan”, jelasnya.

Menurutnya, model “New Normal” jika tidak diimbangi dengan kedisiplinan perilaku sehat dapat berpotensi memunculkan gelombang kedua pandemi yang dampaknya bisa lebih parah dari gelombang pertama.

“Memasuki new normal bukan berarti bebas merdeka semaunya sendiri. Kemampuan dan kesadaran untuk “mengatur diri sendiri” secara lebih disiplin menjadi sangat penting. Tanpa kedisiplinan bisa lonjakan kematian”, tegasnya.

Oleh karena itu dirinya berpesan untuk tidak bosan mengingatkan pentingnya beraktivitas normal tetapi juga harus disiplin dengan protokol kesehatan.

“Oleh karena itu sekali lagi agar jangan bosan untuk terus mengingatkan pentingnya beraktivitas normal tetapi juga harus disiplin dengan protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, menggunakan masker, hindari kontak fisik dan lain-lain. Kasus flu spanyol tahun 1918 harus menjadi pelajaran yang berharga bahwa korban terbanyak atas wabah tersebut di saat gelombang kedua saat masyarakat di kota Philadelphia mengabaikan protokol kesehatan. Namun demikian, menggugah kesadaran masyarakat banyak ini tentu tidak mudah dan harus dilakukan secara persuasif”, pungkasnya.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

seven − 1 =