Inovasi Bisnis Peristiwa Langitan

Oleh:
Sadikun Citra Rusmana
(Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pasundan)

Terasjabar.co – Gempa tektonik di Kabupaten Garut berkekuatan 6,2 skala richter telah merusak rumah penduduk di berbagai daerah wilayah Provinsi Jawa Barat.  Sebelumnya sempat terjadi pusaran angin Topan Tornado di wilayah Rancaekek Kabupaten Sumedang yang memporakporandakan fasilitas pabrik di sekitarnya. Badai gurun, cuaca ekstrim, gelombang tsunami, dan rontokan meteor turun ke bumi merupakan sebuah fenomena yang sulit diprediksi kejadiannya. Sebagai peristiwa alam seringkali masyarakat menerima bencana itu sebagai suatu musibah. Namun bagi yang berpikir kritis dan kreatif berbagai peristiwa tersebut menjadi pengungkit inisiatif bisnis.

Peristiwa alam bisa mendorong munculnya inovasi bisnis. Para entrepereneur memiliki instrumen tersendiri untuk menginvensi bisnis dari suatu peristiwa alam menjadi peluang yang memberikan keuntungan, setidaknya menemukan cara mengenal perilaku alam yang sulit diprediksi. Terjadinya gempa tektonik yang berpotensi tsunami menarik perhatian pebinis untuk melakukan riset bagaimana memproduksi alat pemberi sinyal tsunami melalui alarm yang terhubung dengan telepon seluler. Siapapun yang memiliki telepon pintar dapat sedini mungkin mengetahui kemungkinan tsunami dan secara cepat terkoneksi dengan yang lain untuk segera melakukan mitigasi. Para arsitek dan teknolog kelautan berinisiatif berkolaborasi merancang bangunan anti-tsunami di pesisir pantai dan anti gempa di wilayah perkotaan yang memiliki ribuan gedung tinggi hasil dari pengamatan perilaku alam dan dampaknya terhadap keselmatan manusia.

Pada 20 Juli 1969 tiga astronout Amerika Serikat mendarat di bulan. Neil Amstrong yang pertama mendaratkan kakinya di permukaan Bumi Merah, dilanjutkan oleh pilot John Aldrin dan Michael Collins. Misi Amerika Serikat berhasil untuk pertama kalinya mendaratkan manusia di bulan. Peristiwa itu awalnya dianggap sebagai misi kemanusiaan. Dengan menggunakan teknologi ruang angkasa manusia mencoba untuk menembus kebuntuan tentang keberadaan makhluk lain di luar Planet Bumi. Misi itu berlanjut para ilmuwan berkolaborasi dengan entrepeneur menggagas misi ulang ke bulan untuk mencari potensi sumber daya alam yang dapat digunakan untuk mengganti sumber energi bumi yang makin menipis. Lebih radikal lagi adalah mengekslorasi bulan untuk dijadikan tempat tinggal manusia bumi, jika bumi mengalami kiamat, atau hancur karena bencana alam.

Informasi tentang kondisi kosmis dan georafis ruang angkasa perlintasan Apollo  yang dibawa oleh astronot mendorong inovasi bisnis untuk mengunakan angkasa sebagai ruang terbuka sarana  berbisnis reklame. Para pengusaha iklan di Rusia menyodorkan proposal penempatan iklan billboard di langit dengan menggunakan satelit. Para peneliti Skolvo Institutute Of Science And Technology (Skoltech) dan Moscow Institute Of Physics And Technology (MIPT) menghitung anggaran biaya dan pendapatan dari proyek tersebut.

Menurut perhitungan mereka, biaya yang dikeluarkan untuk misi peluncuran satelit sebesar  65 juta US dollar, yaitu untuk produksi satelit, uji coba dan rekayasa, dan peluncuran. Proyeksi laba bersih diperkirakan sebesar 111 juta US Dollar dari misi tiga bulan dengan 24 iklan yang berbeda, atau sekitar 4,6 juta US Dollar per iklan. Para pengamat bisnis ruang angkasa menilai harga tersebut lebih rasional dibandingkan iklan Super Bowl yang berlangsung hanya 8 detik. Apa yang dilakukan pengiklan Rusia merupakan terobosan baru sebagai inovasi bisnis hasil keatifitas pemikiran pemasaran yang mungkin dianggap absurd tapi realistis.

Sebelumnya, pengusaha reklame membuat instalasi iklan menggunakan ruang di sekitar area publik secara eksposur, melampaui normalitas pengiklan lainnya. Iklan billboard mobil Mini Cooper diletakan vertikal secara tiga dimensi sesuai ukuran nyatanya. Publik melihatnya sebagai sesuatu yang aneh. Di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, Bandung juga diperlihatkan kendaraan roda empat berukuran nyata dalam kondisi miring untuk edukasi lalu lintas bagi anak-anak. Iklan itu menarik pengunjung anak-anak dan pelaku bisnis memamerkan makanan ringan semacam snack dipinggiran mobil yang dipajangkan. Inovasi bisnis kerap memanfaatkan aspek kelangkaan sebagai terobosan untuk praktik bisnis yang rigid dan rutin. Aspek kelangkaan ini berdasar pada pandangan bahwa selama ini semua angsa berbulu putih padahal ternyata ada angsa berbulu hitam. Menurut Nassim Taleb, penulis Black Swan (2020) fenomena kelangkaan bisa menciptakan keberuntungan dalam bisnis karena terciptanya produk baru hasil inovasi.

Gerhana matahari di beberapa wilayah Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu merupakan hal yang langka. Kemungkinan terjadinya gerhana sejenis akan membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Melihat peristiwa ini para pelaku bisnis menganggap sebuah peluang. Perusahaan maskapai penerbangan Delta Airlines segera mempromosikan program terbang ketika terjadinya gerhana matahari. Wilayah Austin dan Dallas merupakan lintasan gerhana matahari total yang memiliki banyak peminat, dan pasti orang beramai ramai membeli tiket penerbangan. Toko dan restoran pun menyediakan makanan dan minuman dengan label khusus gerhana matahari, termasuk logo tematis yang tersemat di kemasan produk.

Inovasi bisnis menawarkan prinsip berbeda untuk melakukan terobosan. Itulah yang dilakukan Steve Jobs ketika mengartikulasikan visi bisnisnya membangun Apple. Harus ada pembeda dari pencarian pengalaman baru yang bersumber dari kelangkaan. Bagi Jobs kelangkaan yang bersumber dari alam merupakan modal inspirasi untuk menciptakan produk baru Apple yang tidak bisa ditiru pesaing. Semua ide baru itu berasal dari perubahan perilaku alam. Perilaku langitan yang selalu terhubung dengan pikiran kreatif umat manusia.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 × two =