Begini Misi Relawan Demokrasi Emban Misi Peradaban

Terasjabar.co – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bandung menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi relawan demokrasi, di Ibis Hotel Trans Studio Bandung, Senin (4/2/2019).

Dalam bimteknya itu diundang Peneliti Utama Democracy Electoral Empowerment Participant, Iu Rusliana, yang juga juga Dosen UIN Bandung, sebagai pemateri.

Iu Rusliana menyampaikan relawan demokrasi merupakan misi suci dan misi historis ideologis.

“Tegaskan kalau tugas relawan demokrasi adalah misi peradaban,” ujar Iu Rusliana, di Ibis Hotel Trans Studio Bandung, Senin (4/2/2019).

Ia menjelaskan bahwa politik adalah hulu proses berbangsa. Politik melahirkan kebijakan dan memberikan dampak luas bagi pembangunan negara.

Mengapa relawan demokrasi disebut misi suci atau ia menyebutnya sakral, karena pada dasarnya menurut Iu, tugas relawan adalah bagian dari tugas mulia yang dianugerahkan oleh Tuhan.

Dari sekian ratus atau ribu relawan demokrasi yang mendaftar, hanya 55 orang terpilih yang bisa mengemban tugas melayani masyarakat.

“Relawan ini adalah bagian dari misi suci membangun negeri, untuk mendorong publik berpikir kritis, bersikap rasional melakukan pilihan politik yang beradab, maka produknya adalah pemilu yang berkualitas,” ujarnya.

Selanjutnya Iu menjelaskan relawan demokrasi adalah misi histori ideologis, karena para pendiri bangsa sebelumnya telah menegaskan komitmen demokrasi sebagai model berpolitik di negeri ini, maka politik hendak dilaksanakan saat ini pun tak lain merupakan bagian dari melanjutkan komitmen demokrasi tersebut.

“Itulah mengapa kita menjadi bagian dari sejarah. Kalau kita sampai tidak menyetujui hal itu, maka kita menghianati ideologis histori yang mestinya diteruskan itu,” ujarnya.

Setelah publik semakin sadar bahwa proses demokrasi erat kaitannya dengan pribadi, maka dalam waktu panjang bahkan target 77,5 persen peningkatan partispasi pemilu itu pun dapat melampauinya.

“Setelah masyarakat memahami pemilu, maka mereka sadar demo tidak lagi ada artinya, yang ada mereka akan berupaya mengamademen kebijakan,” ujarnya.

Mengutip dari seorang tokoh filosof perempuan Hannah Arendt tentang Prestasi Budaya, menjelaskan ‘demokrasi bukanlah sesuatu yang alamiah melainkan prestasi budaya manusia yang memungkinkan kebutuhan hidup dan mengembangkan wacana bebas.

Hanya saja ironinya, Iu mengatakan tempo hari orang tidak ingin memilih karena dua faktor, yaitu faktor ideologis dan administratif.

Faktor ideologis adalah faktor karena berbeda paham atau pandangan, sedangkan faktor administratif adalah faktor karena sistem kebijakan pelayanan yang tidak dapat terpenuhi.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fifteen − one =