Peran Akademisi Dalam Wujudkan Smart City di Jabar Sangat Diharapkan

Terasjabar.co – Provinsi Jawa Barat memiliki sejumlah tantangan dalam mengaplikasikan konsep smart city di setiap kota dan kabupatennya. Salah satu tantangannya adalah tingginya kesenjangan teknologi antara wilayah desa dan kota.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyampaikan, hanya sebagian kecil kota/kabupaten di Jawa Barat yang siap dengan konsep smart city. Belum meratanya implementasi teknologi ini menjadi tugas Pemprov dalam mewujudkan Jawa Barat sebagai provinsi digital lima tahun ke depan.

Ujung-ujungnya ekonomi naik, pemerintah bisa efektif, efisien menyelesaikan masalah dengan transparan dan cepat,” ucap Emil, di Hotel Prama Grand Preanger, Jalan Asia Afrika No. 80, Bandung, Kamis (25/10/2018).

Emil mengatakan, penerapan teknologi bagi masyarakat desa dan kota memiliki tingkat edukasi berbeda. Ia sendiri sudah menyiapkan dua dokumen perencanaan, yaitu cetak biru implementasi teknologi untuk 26 kota/kabupaten di Jawa Barat, di luar Kota Bandung. Satu lagi dokumen smart rural untuk diaplikasikan di wilayah pedesaan.

(Smart rural) ini adalah sesuatu hal baru. Saya butuh bantuan. Kalau di kota saya sudah ada pengalaman tinggal dilengkapi dengan riset dari para akademisi,” ujar mantan Wali Kota Bandung tersebut di hadapan peserta acara.

Emil mengakui, sulit untuk mengubah kultur masyarakat desa agar melek teknologi. Padahal, teknologi saat ini berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Tantangan ini yang digulirkan Emil kepada para akademisi di perguruan tinggi.

“Bagaimana mentransformasi masyarakat yang less connected menjadi terkoneksi (teknologi),” tuturnya.

Dalam acara yang digelar atas kerja sama USAID SHERA Center for Collaborative Research on Scientific Modeling, Application, Research, and Training for City-Centered Innovation and Technology (CCR Smart City) dengan Unpad dan 4 perguruan tinggi lainnya ini, Emil mendorong agar tercipta riset efektif untuk menjawab tantangan itu.

Saya nanti minta hasil risetnya mana, kalau cocok kita implementasikan, supaya risetnya jangan jadi menara gading,” pungkas Emil.

Selanjutnya, Rektor Unpad Prof. Tri Hanggono Achmad mengatakan, keterlibatan berbagai institusi dan pemangku kepentingan dibutuhkan dalam melakukan riset ini. Ini disebabkan, banyak riset yang belum menjawab permasalahan nyata di masyarakat.

“Dalam acara seperti ini penting untuk dihadirkan pandangan dari masyarakat. Tidak jarang pandangan akademik selalu meyakini kalau itu benar, tetapi kenyataannya tidak approving,” pungkasnya.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

six − 1 =