ANTARA AMNESIA SEJARAH & BUTA SEJARAH Bagi GENERASI G-Z sebagai “DIGITAL NATIVE”: Refleksi Ingatan Kolektif Kongres Pemuda II

Oleh
Nunu A. Hamijaya
(Sejarawan Publik/Pusat Studi Sunda)

Terasjabar.co – Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat amanah menjadi narasumber dalam acara INCREAS CORE VALUE, semacam Ta’aruf Mahasiswa baru di Prodi Manjemen Pendidikan Islam (MPI) UIN SGD Bandung.

Saya bersemangat sekali karena bisa dipertemukan dengan Generasi Milenial G-Z. Generasi anak-anak Indonesia yang lahir di Era Reformasi (1998). Network saya adalah anak-anak PII Cianjur (yang sudah berstatus mahasiswa).

Saya diundang dalam kapasitas sebagai sejarawan publik yang fokus pada HISTORIGRAFI ISLAM BERNEGARA BAGI UMAT ISLAM BANGSA INDONESIA (UIBI). Suatu genre sejarah nasional yang dialfakan dan dipinggirkan sepanjang Orde Baru hingga kini.

Apa itu Generasi G- Z?

Generasi Z adalah generasi pertama yang lahir ke dunia disaat kemajuan teknologi berkembang begitu pesat. Dunia Virtual merupakan bagian dari realitas mereka. Oleh karena itu Generasi Z sering dianggap sebagai “Digital Native” atau penduduk asli dunia digital.

Generasi Z di Indonesia sangat kecanduan internet. Menurut riset Tirto, Generasi Z bisa menggunakan internet sekitar tiga sampai lima jam dalam sehari. Hasil Sensus Penduduk 2020 mencatat mayoritas penduduk Indonesia adalah Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Milenial (Gen Y). Proporsi Gen Z sebanyak 27,94% dari total 270,2 juta populasi negeri ini.

Sementara Milenial sebanyak 25,87% dari total populasi. Milenial atau sering disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an. Sedangkan Generasi Z adalah sekelompok orang yang lahir dari tahun 1997 – 2012. (Badan Pusat Statistik, 2021)

Promosi Buku HISTORIOGRAFI UIBI (1916- 2016)

Dalam dialog yang dihadiri lebih dari 100 mahasiswa baru ditambah panitianya yang membahas tentang AMNESTI SEJARAH dan BLIND HISTORY (Buta Sejarah). Jangankan tentang alur sejarah perjuangan umat islam Bangsa Indonesia, bahkan sekedar nama-nama tokoh-tokohnya saja mereka tidak mengenalnya, hanya 0.1 persen dari peserta yang mengenal nama HOS TJOKROAMINOTO, S. M. KARTOSWIRJO, M. NATSIR. Juga tentang nama MASYUMI, DI/TII, NII. Bahkan ada nama-nama ulama internasional dari Biladi Jawi, seperti Syeikh NAWAWI AL BANTANI, atau SYEIKH AHMAD KHATIB AL MINANGKABAWI. Masih beruntung, ada satu-dua mahasiswa baru yang bisa mengenalinya.

Tentang PAHLAWAN ISLAM mereka tidak mengenalnya kecuali nama-nama yang disebut pemerintah sebagai PAHLAWAN NASIONAL. Padahal, banyak terjadi A HISTORIS dan MITOS HISTORIS, bahkan mengada-adakan sesuatu dalam sejarahnya tidak pernah ada hingga penghilangan sejarah yang sangat fenomenal. Dalam narasi sejarah sering diklaim bahwa Pangeran Diponegoro dan Tuanu Imam Bonjol adalah PAHLAWAN NASIONAL yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Benarkah demikian? Apakah sebenarnya yang diperjuangkan oleh kedua nya itu sebuah NASIONALISME BANGSA INDONESIA? Bukankah Bangsa Indonesia saja baru muncul satu-abad setelah beliau berjuang?

Yang benar, bahwa yang diperjuangkan keduanya adalah ISLAM sebagai sistem berpemerintahan di Jawa . Itu sebabnya Diponegero menggunakan gelar KHALIFAH dan Bonjol menggunakan gelar IMAM. Dan yang mendasari perjuangan keduanya adalah JIHAD FI SABILILLAH menegakkan SYARIAT ISLAM.

Hal lainnya yang merupakan bentuk a historis dan cacat logika sejarah adalah tentang PANCASILA itu buatan ULAMA, PANCASILA ITU SAKTI, adanya SUMPAH PEMUDA. Adapun sejarah yang dihilangkan adalah tentang peristiwa NATICO (National Congres) I dengan Pidato ZELFBESTUUR OS. Tjokroaminoto di Alunpalun Bandung (18 Juni 1916). Sebagai tonggak atau titiknol kehendak merdeka berpemerintahan sendiri bangsa muslim di Hindia Belanda.

Amnesia Sejarah

Ingatan dan kelupaan telah dilihat sejak jaman dahulu dari perspektif kesejahteraan fisik, emosional, dan spiritual, dan dikonsep secara filosofis. Ada banyak diskusi tentang kehilangan ingatan, atau laporan kasus, namun kemajuan mendasar dalam konseptualisasi kehilangan ingatan sebagai fenomena klinis patologis dimulai ketika SAUVAGES mengklasifikasikan “AMNESIA” sebagai gangguan medis, pada tahun 1763.

“Bangsa ini mengalami AMNESIA SEJARAH, dan mereka yang mengaalami amnesia sejarah adalah kelas menengah. Kalau kelas atas itu dia tidak memikirkan yang lain dan kelas bawah itu selalu merasakan susah,” kata Dosen Universitas Indonesia Thamrin Amal Tomagola. (Diskusi publik kelompok kerja Petisi Lima Puluh dengan tema “Bangkitnya Golkar dan Partai-Partai Neo-Orba”.

Menurut Thamrin golongan yang amnesia adalah kelas menengah. Masyarakat kelas atas dari zaman dulu tidak pernah memikirkan masyarakat kecil, sedangkan masyarakat kecil selalu mendapatkan penderitaan. Sedangkan masyarakat menengah yang selalu meneriakan perubahan dengan bekal yang cukup kuat tetapi selalu mengulangi kesalahan serupa.

BUTA SEJARAH

Salah-satu kasus adalah pernyatan Kapolri TITO KARNAVIAN yang tidak mengenal SYAREKAT ISLAM, tetapi lebih mengenal Muhammadiyyah dan NU sebagai organisasi pendiri negara.

Guna menghindari adanya kontroversi lebih jauh, Tito akhirnya melayangkan permintaan maaf melalui Ketua Umum Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam (SI), DR. HAMDAN ZOELVA.

Melalui keterangannya, Zulva berkata, “Beliau (Tito) mengatakan kalau memang ada yang kurang, ada yang salah, saya memohon maaf. Beliau sampaikan begitu,” jelas Zulfa.

Pihak yang awalnya memperotes Tito adalah Tengku Zulkarnain, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia langsung pula mengirimkan sebuah surat terbuka kepada Tito yang kurang lebih berisi bahwa pernyataan Tito berpotensi memecah belah umat islam dan ia diwajibkan meminta maaf atas hal tersebut.

Disebutkan oleh AZYUMARDI AZRA, sejarawan UIN SAHID ada banyak tokoh yang punya pengetahuan rendah soal sejarah bangsa. Sebelum Tito, Anton Charliyan, calon gubernur Jawa Barat dari partai Gerindra yang juga mantan Irjen Polisi pun demikian.

ANTON CHARLIYAN pernah berkata, bila KIAI HAJI AHMAD DAHLAN dan HASYIM AS’SYARI adalah Panitia Sembilan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Padahal, yang benar adalah putra beliau, ABDUL WAHID HASYIM ayahnya KH ABDURACHMAN WAHID (Presiden ke 4).

Sementara Tito berkata, selain NU dan Muhammadiyah, organisasi Islam yang ada berpotensi merontokkan NKRI juga tak sepenuhnya tepat. Organisasi Islam pertama di Indonesia malah berjasa mengorganisir massa, menghimpun kekuatan untuk melawan ketimpangan yang disebabkan monopoli ekonomi penjajah. Salah satunya adalah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan tahun 1905 dan berubah namanya menjadi Sarekat Islam (1911).

SIAPAKAH PAHLAWAN?

Tentang Kata PAHLWAN, yang publik menyangka terdiri dari gabungan antara PAHLA + WAN, tapi secara etimologi sulit pembuktianya. Itu penjelasan dari Dr. KHOLID A HARRAS, M.Pd. (Dosen FPBS Diksatrasi UPI Bandung).

Secara etimologi, kata pahlawan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu ‘pālāyati’, yang berarti ‘melindungi’ atau ‘membela’. Kata ini berkembang menjadi ‘pahlawan’ dalam bahasa Melayu/Indonesia.

Konsep dasar dari kata ‘pahlawan’ mencerminkan tindakan melindungi atau membela, dan seiring waktu, penggunaannya berkembang menjadi merujuk kepada individu yang menunjukkan keberanian atau prestasi luar biasa dalam mengatasi tantangan.

Secara pengertian umum, pahlawan merujuk kepada seseorang yang dihormati atau dianggap memiliki keberanian, kejujuran, dan dedikasi yang luar biasa dalam menghadapi tantangan atau mengatasi kesulitan.

Pahlawan seringkali diidentifikasi melalui tindakan heroik atau prestasinya yang luar biasa, seperti melindungi orang lain, memperjuangkan keadilan, atau memberikan pengorbanan bagi kebaikan bersama.

Dengan demikian, ‘pahlawan’ bukan hanya mereka yg dalam hidupnya berjuang dengan menggunakan senjata atau monopoli tentara. Siapa pun dan berjuang di sektor manapun, jika mereka memenuhi kriteria sebagaimana telah disinggung di atas, sangat layak menyandang gelar pahlawan. Salah satu yg pasti, kedua orang tua kita. Mereka adalah pahlawan sejati bagi anak-anaknya.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

sixteen + fourteen =