Masalah Gaza, Bukan Sekedar Masalah Formalitas Kedaulatan Sebuah Negara
Oleh:
Nunung Nurhayati
(Aktivis Muslimah)
Terasjabar.co – Two nation state ditengarai menjadi solusi terbaik untuk mengakhiri penderitaan di tanah Gaza, Palestina. Bahkan diketahui, sebanyak 157 negara di dunia telah mengakui kedaulatan Palestina dalam sidang umum Perserikatan Bangsa-bangsa per 22 September 2025. Kendati demikian, pengakuan tersebut hanyalah bersifat simbolis belaka.
Secara faktual, sulit mengakui kedaulatan Palestina secara universal. Hal ini mengingat bahwa Palestina yang masih hidup di bawah pendudukan militer Israel. Ditambah, tidak adanya dukungan dari salah seorang Dewan Keamanan PBB, penghuni Gedung Putih (tribunnews.com, 23/9/2025).
Meski solusi dua negara telah lama didukung oleh Amerika Serikat, secara aktual, As menolak Palestina memiliki status negara dalam PBB. Dalihnya, kedaulatan ini harus dicapai melalui negosiasi dengan Zionis Israel. Seolah memikirkan Palestina, nyatanya two nation state solution merupakan bentuk keputusasaan As atas kegigihan rakyat Palestina dan cari aman dari sensor dunia.
Ironisnya, ilusi dua negara ini pun, turut didukung oleh para pemimpin negara muslim lainnya. Bahkan, secara eksplisit, Presiden Republik Indonesia sendiri telah membahas permasalahan ini sebanyak tiga kali. Lebih detailnya, posisi diplomatik Indonesia menyatakan mendukung kemerdekaan Palestina sebagai syarat utama perdamaian. Bahkan, menawarkan pengakuan terhadap Israel jika Palestina dapat diakui secara berdaulat (tribunnews.com, 23/9/2025).
Sungguh suatu ketidakadilan. Bagaimana bisa hal ini dicetuskan dari lisan para pemimpin dunia? Sedangkan, mengakui kemerdekaan Palestina hari ini, sama dengan melegitimasi pencaplokan tanah rakyat Gaza yang telah dilakukan oleh entitas Zionis Yahudi. Apalagi mengakui kedaulatan zionis, yang wilayahnya merupakan hasil dari perampasan juga pembunuhan ribuan nyawa manusia.
Sungguh kekeliruan. Karenanya, masalah Gaza, bukanlah masalah formalitas kedaulatan sebuah negara. Tak sesederhana apabila Palestina merdeka, berakhir permasalahan dan menjadi yang terbaik untuk kedua negara yang berkonflik. Pada hakikatnya, solusi dua negara akan semakin menjauhkan dari pembebasan Palestina itu sendiri.
Hal ini mengingat, wilayah yang tersisa seakan menjadi penjara terbuka bagi rakyat Palestina yang ada. Disamping itu, sebanyak 67.074 orang telah syahid. 169.430 orang luka-luka. 2.603 petugas dan relawan kemanusiaan turut meregang nyawa. 459 jiwa menjadi korban akibat kelaparan yang dijadikan senjata dalam agresi yang dilakukan Zionis Yahudi.(indopalinfo.com, 5/10/2025).
Seluas 70-80% tanah rakyat Gaza telah dirampas. Apakah benar merdeka yang dibutuhkan oleh Gaza? Sebagai sesama saudara seiman, diwajibkan atas kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Mengingat, mayoritas rakyat Gaza merupakan umat beragama Islam. Kedzaliman yang menimpa muslim di Gaza, sungguh tidak bisa ditolerir oleh seluruh umat Islam maupun non Islam di dunia. Apalagi, fakta apabila genosida didukung oleh sebuah negara adidaya.
Maka, jihad fii sabilillaah, seharusnya sudah menggaung di lisan seluruh umat Islam sekarang. Karena, Rasulullah Saw pernah bersabda; “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tak luput, Rasulullah Saw pun memperingatkan; “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibanding terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai, Turmudzi). Jelas, memperjuangkan hak, kedaulatan dan kehormatan rakyat Gaza merupakan suatu keharusan. Bukan hanya karena masalah kemanusiaan, melainkan sebagai refleksi dari rasa iman.
Allah SWT telah memerintahkan; “Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka, dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu..” (TQS. Al-Baqarah: 191). Sungguh, Gaza tidak membutuhkan solusi dua negara. Gaza membutuhkan pembelaan yang sebenarnya dari lebih 2.04 miliar umat Islam yang ada di dunia. Gaza membutuhkan pergerakan yang nyata dari kehebatan militer yang dimiliki para penguasa muslim dunia.
Namun, kekuatan umat tak mungkin tercipta tanpa persatuan. Kehebatan militer tak bisa tergerak jika masih terpecah. Jihad tak mungkin terseru tanpa komando dari Sang Pemimpin seluruh umat Islam. Hal ini, akhirnya menuntut tegaknya Daulah Islamiyyah di tengah-tengah umat. Agar firman Allah; “..siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu..” (TQS. Al-Baqarah: 194), mampu terwujud di tanah Gaza. Genosida akan terhenti, keadilan benar-benar didapatkan oleh rakyat Gaza dan kedzaliman sepantasnya, diadili setimpal dengan perbuatannya. Allahu’alam.
Leave a Reply