Taubat Hanya Jadi Wacana, Bencana Dimana-Mana

Oleh:
Putri Efhira Farhatunnisa
(Pegiat Literasi di Majalengka)

Terasjabar.co – Perubahan iklim dan cuaca sering kali menimbulkan dampak pada alam dan manusia, dampak tersebut bisa berupa bencana alam yang bisa menelan korban. Kali ini terjadi bencana hidrometeorologi sebanyak 317 titik di 39 kecamatan di Sukabumi. Bencana berupa banjir, longsor dan pergerakan tanah itu telah menewaskan 8 orang. Selain itu, puluhan jalan pun terputus hingga menyebabkan tempat wisata tidak dapat diakses (detik.com, 8/12/2024).

Terjadinya bencana memang dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya perubahan ilkim dan cuaca. Namun tangan manusia pun bertanggungjawab atas apa yang terjadi pada alam. Hutan yang digunduli dan perilaku nakal lainnya bisa menyebabkan datangnya bencana, mengingat masih sedikit orang yang benar-benar peduli pada lingkungan alam.

Sistem Pendukung Perusakan Alam

Sistem kehidupan yang mendukung keserakahan manusia pun memiliki andil atas bencana yang terjadi. Karena bagaimanapun juga, sistem yang diterapkan akan mempengaruhi tingkah laku manusia. Sistem kapitalisme yang hari ini diterapkan sejatinya hanya peduli pada kepentingan individu ataupun kelompok tertentu saja. Kesejahteraan masyarakat dan alam tidak betul-betul dijadikan pertimbangan dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan.

Buktinya telah banyak kita jumpai bahwa perusakan alam dilakukan oleh perusahaan, seperti pembukaan lahan besar-besaran, limbah yang mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Padahal seharusnya, lingkungan tempat kita tinggal haruslah dijaga dengan baik, karena tentu kondisi alam akan mempengaruhi hidup manusia juga.

Allah telah mengingatkan akan hal ini dalam firman-Nya yang berbunyi:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Artinya: “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al A’raf: 56)

Bencana: Bahan Introspeksi

Kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya mengingat Allah Sang Pencipta di berbagai kondisi kehidupan. Bencana alam yang terjadi sudah seharusnya menjadi bahan introspeksi diri, untuk merenungi atas maksiat atau dosa yang kita lakukan selama ini. Karena begitulah Islam mengajarkan kita.

Allah SWT berfirman, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar-Rum ayat 41).

Tidak diterapkannya hukum Allah menjadi penyebab berbagai kekacauan, termasuk bencana alam yang terjadi. Tata kelola alam menjadi tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Sang Pencipta. Padahal sebaik-baik pengatur adalah yang menciptakannya. Selain apa yang sudah kita lakukan pada alam, kita pun harus menyadari bahwa maksiat yang dilakukan dapat mengundang siksa atau adzab dari Allah SWT.

Tidakkah kita belajar dari umat terdahulu? Diantaranya ada kaum Nabi Nuh dan kaum Nabi Luth yang diadzab karena mereka berpaling dari Allah. Mereka mengolok-olok NabiNya, mencampakkan aturanNya, membuat Allah murka sehingga alam pun tak sudi menampung mereka.

Lalu apa yang dilakukan manusia di zaman ini? Malah mengikuti jejak mereka yang Allah murkai. Yang menyampaikan ajaran Islam difitnah, diolok-olok, aturanNya dipilah-pilah, maksiat dinormalisasi, riba menjadi biasa. Bagaimana Allah tidak murka? Namun setelah banyak yang terjadi, manusia masih saja berharap pada sistem yang saat ini diterapkan.

Padahal jika kita berpikir, sudah kurang sengsara bagaimana masyarakat saat ini? Kurang terpuruk bagaimana umat Islam saat ini? Yang perlu dilakukan sekarang adalah berhenti berharap pada sistem yang pasti tidak membawa kesejahteraan hakiki. Bertaubat pada Allah atas kesyirikan besar yang sudah dilakukan ini.

Karena sejatinya mengambil dan menerapkan aturan selain yang berasal dari Allah SWT merupakan syirik besar. Kita tidak boleh lagi menunda taubat sebelum bumi ini semakin murka atas pembangkangan yang kita lakukan pada Allah. Perlu diyakini bahwa aturan Allah berupa Al-Qur’an dan As-Sunnah ialah hukum sempurna yang mendatangkan kebaikan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Islam rahmat bagi seluruh alam adalah kalimat yang menggambarkan sempurnanya aturan Islam sehingga mendatangkan rahmat. Aturan Islam yang menyeluruh menjadikan manusia sejahtera dan alam yang terjaga. Ketika hukum Allah diterapkan maka semuanya akan berjalan sesuai ketentuan yang ada.

Sistem Islam tak mengizinkan manusia bersikap semena-mena pada alam. Misalnya kebersihan dan kesucian sebagai bagian dari iman yang mengajarkan manusia untuk menjaga alam tetap bersih dan lestari. Manusia pun tidak akan diizinkan untuk berbuat kerusakan pada alam karena akan mendatangkan bahaya bagi diri.

Dari Abu Said Sa’ad bin Malik bin Sinan Al Khudry radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak boleh melakukan sesuatu yang berbahaya dan menimbulkan bahaya bagi orang lain”.

Kaidah ini menjelaskan bahwa mendatangkan bahaya kepada seorang muslim adalah haram. Madharat yang dimaksud dapat bersifat lahiriah maupun maknawiah, dan dapat berkaitan dengan agama, jiwa, akal, harta, keturunan, maupun kehormatannya.

Dengan kata lain bahwa menaati aturan Allah adalah bentuk ketaatan kita dan upaya untuk menjauhkan bahaya. Sudah saatnya manusia kembali menerapkan aturan Sang Pencipta untuk kehidupan yang sejahtera.

Wallahua’lam bishawab.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

15 − 11 =