Ilusi Investasi Selamatkan Negeri
Oleh:
Mia Agustiani
(Aktivis Muslimah Majalengka)
Terasjabar.co – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan berhasil membawa investasi senilai 2 trilliun dari Tiongkok ke Jawa Barat.
Investasi di bidang industri kendaraan listrik ini dinilai akan membawa dampak positif berkelanjutan untuk perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat.
Ia menyatakan bahwa Jawa Barat menjadi provinsi dengan angka investasi tertinggi di Indonesia selama lima tahun berturut-turut.
Persepsi yang terlanjur sudah mengakar bahwa investasi dianggap mampu menggerakan perekonomian, menuju kesejahteraan bahkan mengatasi pengangguran. Apakah benar demikian?
Namun fakta berkata lain, nyatanya perekonomian masih jauh dari kata sejahtera. Angka pengangguran tidak lantas berkurang dengan banyaknya investasi yang masuk.
Menurut Badan Pusat Statistik ternyata pengangguran Jawa Barat sebanyak 2,13 juta jiwa. Hal ini merupakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) Jabar mencapai 8,31 persen. Dikutip dari detik Jabar 9 November 2022.
Angka pengangguran yang masih tinggi ini merupakan bukti nyata, bahwa investasi belum tentu memberikan keuntungan bagi masyarakat. Lalu siapakah yang akan lebih diuntungkan? Karena kita tidak menjumpai korelasi positif dengan akses pekerjaan serta kesejahteraan rakyat.
Beban rakyat malahan bertambah banyak, adanya pembangunan pabrik pun belum tentu rakyat diuntungkan. Pastinya hanya korporat asing yang mengeruk keuntungan. Potensi pasar dari kendaraan listrik yang sangat menggiurkan.
Hal ini terjadi karena dalam sistem kapitalisme selalu ingin mendapatkan keuntungan tanpa memikirkan kondisi rakyat. Kapitalisme hanya ingin memperkaya diri sendiri dan golongannya. Menganggap investasi dapat menyediakan lapangan pekerjaan hanya klise semata.
Berbeda dengan sistem Islam yang akan selalu memberikan solusi yang rahmatan lilalamin. Kesejahteraan rakyat akan menjadi prioritas utama. Aturan Islam tidak akan mudah menyerahkan kesejahteraan rakyat pada investasi asing. Karena investasi hanya akan mengganggu stabilitas keuangan negeri ini.
Dalam sistem Islam yang ditegakkan akan ada tiga hal yang membuat Baitul mal stabil dan kuat. Pertama, sumber Baitul mal banyak dan tidak sama sekali membebankan pada pajak dan utang.
Kedua, pengaturan alokasi pengeluaran sudah jelas. Setiap jenis pengeluaran memiliki alokasi sumber pendanaannya.
Ketiga, penyusunannya tidak dilakukan tahunan, melainkan dilakukan sepanjang waktu sesuai alokasi yang diatur syariat. Sehingga, Baitul Mal tidak akan pernah menghabiskan dana setiap akhir tahun.
Adapun sumber dan pendapatan negara terbagi tiga pos sesuai jenis hartanya.
1. Fa’i dan kharaj yaitu tempat penyimpanan dan pengaturan arsip-arsip pendapatan negara. Meliputi harta yang tergolong fa’i bagi seluruh kaum muslim dan pemasukan dari sektor pajak (dharibah) yang diwajibkan bagi kaum muslim ketika dana Baitul Mal tidak mencukupi.
2. Harta kepemilikan umum yaitu bagian yang menjadi tempat penyimpanan dan pencatatan harta milik umum. Seperti minyak, gas, barang tambang, laut, perairan serta mata air. Pengelolaannya dilakukan oleh negara secara khusus dan tidak diperbolehkan ada intervensi tangan asing. Hasilnya pun akan dinikmati oleh rakyat dengan diberikannya fasilitas kesehatan atau pendidikan secara cuma-cuma.
3. Sedekah yaitu penyimpanan harta seperti zakat, zakat mal, perdagangan, pertanian, buah-buahan serta zakat hewan ternak. Kemudian hasilnya akan didistribusikan kepada 8 asnaf.
Ketika sebuah negara sudah berniat menjalankan aturan Allah dan ingin mengurusi rakyatnya. Tentu harus mengikuti solusi yang ditawarkan oleh Islam. Bukan solusi investasi yang hanya akan menjadi jebakan utang yang tidak terkendali.
Kebijakan Islam mengenai Investasi dari luar sangat tidak dianjurkan, karena asing hanya akan memporak-porandakan masyarakat dengan mengambil keuntungan semata.
Masyarakat hanya diberikan janji palsu kemudahan lapangan pekerjaan yang nyatanya tetap sulit didapatkan meski angka investasi terlihat menggiurkan. Perusahaan asing hanya ingin memperkaya diri tanpa memikirkan sedikitpun kesejahteraan masyarakat.
Inilah tujuan kapitalisme yang jauh dari memikirkan rakyat sudah sepantasnya kita campakkan. Sudah saatnya kita kembali kepada aturan Allah yang akan menyejahterakan umat bukan hanya segelintir golongan.
Wallahualam bishawab.
Leave a Reply