Wagub Jabar Akan Minta Para Ahli Petakan Ancaman Likuifaksi di Jabar

Terasjabar.co – Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan segera memetakan berbagai potensi bencana di Jawa Barat dengan lebih terperinci, termasuk ancaman likuifaksi atau peluluhan tanah. Beberapa waktu lalu, terjadi terjadi di Sulawesi Tengah saat gempa melanda wilayah itu.

Uu Ruzhanul Ulum mengatakan likuifaksi merupakan ancaman bencana yang nyata, selain pergerakan tanah atau longsor yang sering terjadi di Jabar.

Ia mengaku mendapat informasi bahwa sejumlah kawasan di Jabar berpotensi terjadi likuifaksi jika terkena gempa bumi, di antaranya di Kota Bandung.

“Saya baru tahu, kalau di Jabar juga bisa terjadi likuifaksi. Kita akan bicarakan hal ini dengan para ahli, supaya (bencana akibat likuifaksi di Sulawesi Tengah) tidak terjadi di Jabar,” kata Uu Ruzhanul Ulum seusai meninjau Petobo dan Balaroa, dua desa yang mengalami likuifaksi di Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu.

Uu Ruzhanul Ulum mengatakan peta potensi bencana yang akan dibuat ini, harus sangat detail dengan skala kecil, sehingga bisa diaplikasikan sampai tingkat kampung atau desa.

Penelitian mengenai likuifaksi, katanya, akan melengkapi peta potensi bencana yang telah ada.

“Pemerintah harus memberikan informasi kepada masyarakat dengan baik dan tidak membuat panik, seperti apa kondisi sebenarnya. Kita kerja sama dengan perguruan tinggi, seperti ITB untuk kasus bencana ini,” kata Uu Ruzhanul Ulum.

]Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar, mengatakan likuifaksi merupakan gejala peluluhan lapisan pasir lepas yang bercampur dengan air. Peluluhan, satu di antaranya, dapat diakibatkan oleh guncangan gempa.

Hilangnya daya dukung lapisan tanah akibat likuifaksi dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan atau pengeringan sumber-sumber air pada sumur gali yang tergantikan oleh material non kohesif, yakni pasir.

Likuifaksi berpotensi terjadi pada kawasan yang memiliki lapisan tanah nonkohesif, berbutir pasir halus atau pasir lanauan, yang kondisinya jenuh air atau muka air tanah dangkal dengan kedalaman kurang dari 10 meter. Hal ini dapat dipicu aktivitas gempa dengan kekuatan lebih dari 6,0 SR.

Likufaksi, kata Rudy Suhendar, terdiri dari dua tipe, yaitu likufaksi tipe siklik (cyclic liquefaction) dan tipe aliran (flow liquefaction).

Tipe siklik cenderung terjadi pada tanah yang lebih padat dan efeknya terjadi di dalam tanah yang lebih dalam. Tipe aliran biasanya cenderung merusak di dekat permukaan tanah, semisal membuat sumur menjadi kering terisi pasir dan terjadi semburan pasir bercampur air atau lumpur.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × 4 =