Dedi Mulyadi Siap Cetak 5 Ribu Petani Kopi Per Tahun
Terasjabar.co – Calon wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi menyambangi produsen Kopi Malabar di Kampung Pasirmulya, Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Sabtu (28/4/2018).
Sejumlah warga di kampung itu sejak 2006 mulai bertani kopi dengan arahan pendiri Kopi Malabar, Nuri (46). Kini, mayoritas warga di dua dusun di kampung itu mulai menikmati untung dari bertani kopi.
Dedi menegaskan, jika dirinya terpilih bersama pasangannya Deddy Mizwar, maka mereka akan mencetak sedikitnya 5 ribu petani kopi per tahun untuk menjaga hutan sekaligus memberdayakan masyarakat di sekitar pegunungan.
Dedi mengatakan kualitas kopi asal pegunungan di Jabar diakui dunia sebagai kopi terbaik di dunia. Namun, produksinya belum mencukupi kebutuhan pasar dunia. Padahal, alam dan sumber daya manusia di Jabar menjanjikan untuk setiap warga bertani kopi.
“Karenanya, ke depan Pemprov Jabar jika bersama saya akan mencetak 5 ribu petani kopi per tahun. Mereka harus menanam minimal satu juta pohon kopi dan menjaga hutan dengan digaji oleh Pemprov Jabar. Dengan begitu, dalam waktu 3 hingga 5 tahun mereka bisa berdaya secara ekonomi dengan pertanian kopi,” kata Dedi yang berpasangan dengan Deddy Mizwar itu.
Lantas, dimana lahan untuk 5 ribu petani kopi tersebut, kata Dedi, Pemprov Jabar bisa bekerja sama dengan PT Perkebunan Negara dengan memanfaatkan kebun-kebun teh yang terlantar.
“Lahannya dikerjasamakan antara Pemprov Jabar dengan PTPN atau Perhutani. Kalau untuk 5.000 petani perkiraan saya membutuhkan 1.500 hektare lahan,” kata Dedi.
Dedi mengatakan, 5 ribu petani itu tugasnya hanya fokus jadi petani kopi dan mememelihara konservasi supaya hutan sebagai resapan air tetap terjaga. Hulu Sungai Citarum berada di Gunung Wayang dan masih dalam satu rangkaian Gunung Malabar. Gunung Malabar juga hulu bagi anak-anak Sungai Citarum.
“Dari segi politik anggaran menggaji 5 ribu petani untuk fokus bertani kopi sangat mungkin, kemampuan APBD Jabar cukup kok, apalagi ini kan berkorelasi dengan fungsi konservasi Gunung Malabar sebagai hulu Sungai Citarum dan anak-anak sungainya serta memberdayakan warga sekitar gunung,” kata Dedi.
Sementara itu, pemilik Kopi Malabar, Nuri menambahkan usulan Dedi sangat rasional karena saat ini, tanaman kopi bukan merupakan tanaman utama seperti palawija yang kerap ditanam warga Pangalengan. Sehingga, untuk mengubah profesi warga dari petani sayuran ke kopi butuh ekstra usaha karena menyangkut soal kebutuhan sehari-hari warga.
“Solusi Pak Dedi ini tepat, warga fokus bertani kopi dan menjaga hutan sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari warga yang biasa berkebun sayurann, pemerintah yang memberi honor, itu langkah tepat,” kata dia.
Apalagi, kata Nuri, keuntungan untuk buruh petik kopi saja, berkali-kali lipat dari keuntungan bertani sayur.
“Kami jika panen, karena panen kopi ini padat karya, kami mendatangkan pekerja dari Talegong, Kabupaten Garut dan keuntungan buruh petik kopi saja 40 persen lebih tinggi dibanding berkebun sayuran,” kata Nuri.
Leave a Reply