Kepemimpinan Islam Solusi Hakiki Persoalan Palestina

Oleh:
Putri Efhira Farhatunnisa
(Pegiat Literasi di Majalengka)

Terasjabar.co – Dunia tengah bersuka cita merayakan Idul Fitri, berkumpul bersama keluarga yang dicintai. Namun rakyat Palestina masih berduka. Zionis nyatanya benar-benar menghianati kesepakatan gencatan senjata yang dilangsungkan pada Januari. Janji penjajah memang sama sekali tak dapat dipegang, hanya dusta yang keluar dari mulut mereka.

Korban tewas bertambah menjadi 50.609 orang sejak Oktober 2023. Korban terluka juga mengalami penambahan 287 orang dalam 24 jam terakhir, sehingga korban terluka dalam genosida ini menjadi 115.063 orang. Banyak korban merupakan kalangan perempuan, orang tua, dan anak-anak bahkan bayi. Maka serangan ini pun lebih pantas disebut genosida dibanding perang, karena sebagian besar korbannya merupakan warga sipil (tempo.com, 5/4/2025).

Kapitalisme Melahirkan Kesengsaraan

Dunia hanya bisa menulis angka tanpa memberikan solusi nyata. Para pemipin negeri Islam pun tidak bergeming, padahal darah para syuhada terus mengalir, bahkan bayi kecil yang baru lahir tak berdosa pun dihabisi oleh zionis. Entah bagaimana mempertanggungjawabkan diamnya umat Islam di akhirat kelak.

Serangan masih terus berlanjut dan semakin brutal. Sayangnya perhatian masyarakat khususnya rakyat Indonesia mulai menurun. Masyarakat Indonesia tersita perhatiannya oleh berbagai problem yang tidak kalah peliknya yang terjadi dalam negeri. Mulai dari kasus korupsi, pagar laut, RUU TNI, dan lain sebagainya.

Beginilah buah diterapkannya sistem kapitalisme, umat Islam tidak bisa saling melindungi. Terpisahkan tembok nasionalisme, tak bisa mengambil keputusan yang menjadi solusi. Yang bisa dilakukan hanya mengecam, pantaslah zionis Israel tak merasa takut untuk melancarkan pembantaian. Umat Islam disibukkan dengan masalah yang menimpa di negara masing-masing yang sejatinya adalah buah dari penerapan Kapitalisme, sehingga lupa untuk memikirkan solusi tuntas atas penjajahan Palestina.

Tegaknya Islam: Solusi Hakiki

Umat Islam harus menyadari bahwa solusi hakiki dari penjajahan Palestina bukanlah “two-state solution” ataupun solusi yang diberikan Barat lainnya, namun tegaknya kepemimpinan Islam. Karena tegaknya Islam akan menyatukan seluruh umat Islam di dunia dan pasukan militer akan dimobilisasi untuk melawan penjajah dan menyelamatkan Palestina.

Tanah suci Palestina harus segera dibersihkan dari kaki-kaki kotor penjajah. Al-Quds yang dikooptasi, penyerangan rumah sakit dan sekolah, rakyat Palestina sengaja dibuat kelaparan sebagai senjata perang, serta semakin banyaknya korban seharusnya semakin membuka mata dunia Islam untuk menegakkan Islam secara keseluruhan (kaffah).

Zionis Israel hanya memahami bahasa kekerasan, bukan duduk bersama membahas kesepakatan. Terbukti adanya kesepakatan pun dihianati dengan cara licik. Maka solusi yang tepat adalah zionis ini diserang balik oleh pasukan Islam. Pastilah manusia-manusia laknat itu akan ketar-ketir ketakutan melihat Islam telah bangun.

Penegakkan Islam adalah Kewajiban Seluruh Umat Islam

Urgensi tegaknya Islam sudah semakin meningkat, umat Islam harus bersatu dan menjadikan penegakan sistem Islam sebagai agenda bersama untuk menyelamatkan Palestina dan umat Islam secara keseluruhan. Karena tegaknya sistem buatan Sang Pencipta ini akan secara otomatis mengentaskan seluruh permasalahan yang terjadi di semua lini.

Semua negeri kaum muslim akan ‘ditertibkan’ oleh syari’at (aturan Islam), sehingga kesejahteraan dan keberkahan akan menjadi sebuah keniscayaan. Bukan sekadar negeri utopia, namun memang dapat terwujud secara nyata dengan aturan sempurna yaitu Islam. Kesempurnaan syari’at akan mengantarkan manusia dan negara pada kesejahteraan hakiki.

Umat Islam akan menjadi umat terbaik seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (TQS. Āli ‘Imrān [3]:110).

Tegaknya Islam ini merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Menjadi wajib karena perintah Allah yang diwajibkan untuk kita tidak hanya menyangkut masalah diri sendiri dan perkara ibadah khusus saja, namun juga ada kewajiban yang tidak bisa dilakukan oleh individu atau kelompok seperti perkara muamalah dan sanksi.

”Di antara dalil-dalil atas wajibnya Imamah (Khilafah) adalah kaidah syar’iyyah yang berbunyi “Mâ lâ yatimmul wâjibu illâ bihi fahuwa wâjib” (Segala kewajiban yang tidak terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya). Sungguh telah diketahui bahwa Allah SWT telah mewajibkan berbagai perkara yang tidak dimampui oleh orang perorang, misalnya menegakkan hudûd… melainkan harus dengan cara mewujudkan kekuasaan (as-sulthân) yang akan melaksanakan kewajiban-kewajiban tersebut dan wajib ditaati oleh rakyat. Kekuasaan ini, tiada lain adalah Imamah [Khilafah].” (Abdullah Ad-Dumaijî, Al-Imâmah Al-‘Uzhmâ ‘Inda Ahlis Sunnah wal Jamâ’ah, hlm. 59).

Maka dari itu karena tegaknya kepemimpinan Islam adalah sebuah kewajiban, umat Islam harus berusaha untuk menegakkannya, meskipun tegaknya sudah dijanjikan oleh Allah SWT., kita tidak boleh melupakan kaidah kausalitas di samping bahwa Allah akan menilai proses yang dilakukan, bukan hasilnya. Karena sesuatu tidak mungkin ada tanpa berusaha untuk dihadirkan keberadaannya.

Bahkan Rasulullah SAW sendiri tidak pernah melupakan kaidah kausalitas, beliau bersama para sahabat berusaha untuk mendakwahkan Islam. Hingga cacian, hinaan, tekanan, dan ancaman pun tak menyurutkan semangat dakwah mereka demi menegakkan Islam. Dan bukan suatu hal yang mustahil untuk kita berjuang dengan perjuangan yang sama dengan para sahabat.

Tentu dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah SAW yang memiliki tiga tahap. Pertama tatsqif, seperti yang Nabi lakukan di rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam. Lalu tahap tafa’ul ma’al ummah (berinteraksi dengan umat) untuk memahamkan sistem Islam. Terakhir menerapkan sistem Islam secara menyeluruh.

Wallahua’lam bishawab

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

five × two =