Siswa SMA di Jabar Akan Dapat Kuota Internet Gratis Rp 150 Ribu
Terasjabar.co – Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Disdik Jabar) berencana memberikan kartu SIM berisi kuota internet untuk menunjang pembelajaran jarak jauh (PJJ) bagi siswa tingkat SMA di sekolah negeri. Kuota internet yang diberikan senilai dengan Rp 150 ribu setiap bulan dari mulai Juli hingga Desember 2020 mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan Jabar Dedi Supandi mengatakan, pemberian kartu berisi kuota internet ini akan dikirimkan setiap bulan ke alamat rumah masing-masing siswa. Ia meminta peran serta orang tua siswa untuk mengawasi penggunaan kuota internet tersebut agar tak disalahgunakan.
Ia mengatakan, langkah ini diambil setelah melakukan survei dan evaluasi kegiatan belajar mengajar (KBM) secara daring dalam beberapa bulan ke belakang pasca COVID-19 merebak. Dari laporan yang didapatkan, banyak anak yang kesulitan membeli kuota internet untuk belajar.
“Nah dari situ kita buatkan petunjuk teknis dalam kebijakan sekolah secara daring, salah satunya dengan membiayai kuota internet bagi siswa,” ujar Dedi di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (16/7/2020).
Terkait anggaran yang digunakan, Disdik Jabar akan mengalihkan sebagian anggaran Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) yang jumlahnya Rp 770 miliar untuk pembelian kartu kuota internet. Anggarannya akan disisihkan dari BOP untuk pembayaran SPP sekolah.
Sementara itu, lanjut Dedi, untuk sekolah swasta juga bisa mendapatkan bantuan kuota internet dari sekolah masing-masing. Dananya berasal dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan kuota internet yang diberikan pun tergantung kebijakan sekolah.
“Nanti diatur, biar enggak double-double. Kalau sudah terima BOS, enggak terima dari BOP,” ucapnya.
Untuk daerah yang sulit mengakses internet, pihak Disdik akan mengirimkan paket buku melalui PT Pos ke masing-masing rumah atau cara lainnya dengan mengumpulkan sejumlah siswa untuk belajar bersama di tempat yang memiliki fasilitas belajar.
“Atau bisa ditentukan, siswa yang ada di wilayah blank spot kumpul satu titik, belajar berbarengan misal di satu desa, gurunya datang atau pakai TV besar. Tapi, ini tidak setiap hari, ini hanya untuk tata cara belajar di era pandemi sehingga ketika guru dan anak kembali ke sekolah anak sudah bisa belajar mandiri,” ujarnya.
Leave a Reply