Ridwan Kamil Minta Isu Sesar Lembang Tidak Buat Panik Warga
Terasjabar.co – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta semua pihak untuk tidak membuat masyarakat panik terkait ancaman sesar Lembang yang bisa memicu gempa. Meski potensi bencana itu ada dan tetap harus diwaspadai.
“Pada dasarnya semua potensi bencana ada saja, tapi jangan membawa jurnlisme yang membuat panik,” kata pria yang akrab disapa Emil, di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (3/10/2018).
Dia mendorong agar semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan terkait ancaman bencana tersebut. Jangan justru menyebar kepanikan. Karena, telah ada beberapa keluhan warga yang mengaku takut tentang potensi bencana yang dipicu aktivitas geologi sesar Lembang.
“Memberitakan kewaspadaan boleh, tapi gaya tulisannya saya imbau karena banyak masuk ke saya (keluhan warga), duh kata saya kan tidak sepanik itu karena visualnya melihat (bencana) di Sulteng diberitakan ada sesar Lembang dihubungkan. Termasuk istri saya juga ikut panik,” katanya.
Terlepas dari itu, pihaknya mengaku telah menyiapkan sebuah dokumen untuk penanganan bencana termasuk edukasi ke masyarakat. Dokumen yang dia siapkan diberinama ‘West Java Resilience Culture Blue Print’. Pembuatan dokumen tersebut sebagai upaya antisipasi bila Jabar menghadapi bencana besar.
“Saya sampaikan intinya respon saya terhadap semua musim bencana ini karena sudah takdirnya kita hidup di tanah yang bergerak, gunung banyak. West Java Resilience Culture Blue Print ini akan kita kebut,” katanya.
Dalam dokumen, lanjut Emil, akan disiapkan berbagai langkah mulai dari pelatihan, edukasi hingga penyiapan teknologi tentang kebencanaan. Dari sisi tata ruang juga harus diperhatikan untuk masalah kebencanaan ini.
“Tata ruang mereka harus tahu, misalkan anda tinggal di daerah longsoran sehingga harus tahu, anak-anak di sekolah harus paham. Itu semua akan terjawab di dokumen itu,” katanya.
Emil menyebut sejauh ini belum ada daerah atau provinsi di Indonesia yang mempunyai dokumen bencana yang lengkap seperti di Jepang.
“Nah Provinsi Jabar akan berinisiatif melahirkan komprehensif budaya yang paham terhadap bencana. Bentuknya, suatu hari akan di Perdakan jadi ada kewajiban. Paling studinya setahun,” ujar Emil
Leave a Reply