Dedi Muyadi Siap Mulyakan Janda, Fakir Miskin, dan Yatim Piatu di Jabar

Terasjabar.co – Bercermin adri perumusan UUD 1945 Pasal 34 ayat (1), calon wakil gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi bertekad kuat untuk memuliakan janda, fakir miskin dan anak yatim piatu di Jawa Barat. Komitmen itu disampaikan Dedi saat mengunjungi Kabupaten Garut, tepatnya di Desa Sukawangi, Kecamatan Singaraja, Jumat (18/5/2018) lalu.

Menurutnya, negara tidak boleh membiarkan warganya kesusahan hingga kelaparan. Pasalnya, berdasarkan Hadis Rasulullah SAW, doa mereka menjadi salah satu tiang penyangga dunia.

“Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Karena itu, tidak boleh ada lagi anak putus sekolah di Jawa Barat. Tidak boleh juga kita dapati, ada janda tua yang tidak memiliki beras untuk makan,” kata Dedi.

Pendampingan terhadap janda tua, fakir miskin dan anak yatim, menurut Dedi, merupakan amanat syariat Islam serta negara. Norma Agama ini diperkuat menjadi bagian dari konstitusi sebagai norma hidup bernegara yang sebenarnya.

“Syariat Islam ini mengajarkan kita untuk menjaga dan memerhatikan kehidupan mereka,” ujarnya.

Dedi pun menyebutkan keberhasilannya merawat janda tua di Purwakarta saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Dedi mengaku sukses menjalankan Program Ibu Asuh. Melalui program tersebut, ribuan janda tua terjamin kehidupannya setiap hari.

Secara teknis, para pegawai dan masyarakat Purwakarta yang tergolong mampu memberikan sumbangan minimal Rp 300 ribu per bulan. Para janda tua menerima sumbangan tersebut berdasarkan data dari Ketua RT dan RW setempat.

Bagi anak yatim dan kurang mampu, Program Kemis Welas Asih menjadi andalan Dedi, saat itu. Setiap hari Kamis, para pelajar yang berasal dari keluarga mampu memberikan satu gelas beras untuk dikumpulkan dan dibagikan.

Berdasarkan Hadis Rasulullah SAW, kedermawanan kalangan berada juga menjadi satu variabel tegaknya dunia. Selain keadilan pemimpin dan ilmu para ulama, menurut Dedi, semua itu merupakan empat pilar suksesnya pembangunan.

“Semuanya program partisipatif, bisa berupa uang, bisa berupa bahan makanan. Untuk anak yatim programnya bisa berupa tabungan. Saat lulus sekolah, ada modal wirausaha untuk mereka,” ujarnya.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 1 =