Jurus Jitu Emil Berdayakan Petambak Udang dan Garam di Cirebon
Terasjabar.co – Calon Gubernur Jawa Barat nomor urut 1 Ridwan Kamil mengunjungi Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Senin (7/5/2018).
Pria yang akrab disapa Emil itu menyerap aspirasi warga Desa Rawa Urip, tentang sistem pengelolaan tambak dan perdagangan udang dan garam di desa tersebut.
Menurut Emil Desa Rawa Urip memiliki potensi yang luar biasa. Namun, pengelolaan perdagangan hasil tambak udang dan garam masih belum dikelola secara maksimal.
Emil pun menawarkan jurus jitunya untuk memberdayakan petambak udang dan garam di desa tersebut. Saat ini, dikatakan Emil, petambak udang di Desa Rawa Urip yang memiliki lahan satu hektare bisa meraup keuntungan sekitar 1,2 miliar per tahun.
“Satu bulannya bisa Rp 100 juta, per tahun sekitar Rp 1,2 miliar bersihnya dari hasil petambak udang. Kalau garam per hektare bisa menghasilkan Rp 7 juta hingga Rp 10 juta per bulannya. Tapi, infrastruktur menuju wilayah ini masih kurang memadai. Ini bisa jadi desa percontohan,” ucap Emil usai kampanye di Desa Rawa Urip.
Emil mendapatkan curhatan tentang suplai udang dan garam yang kerap tak stabil. Bahkan bisa berpengaruh pada harga udang dan garam. Menurut Emil persoalan tersebut bisa diatasi dengan program ‘Gudang Juara’. Pengadaan gudang, lanjut dia, bisa mengatur suplai udang dan garam ke pasar.
“Selama ini petambak udang dan garam dibiarkan sendirian dalam melakukan perdagangan. Kalau jadi gubernur, saya akan intervensi perdagangannya, seperti di Indrmayu bisa diatur perdagangan beras melalui online. Pengadaan gudang juga perlu,” ucapnya.
“Saya akan membuat sistem untuk perdagangan dan pengelolaan gudangnya, suplai ke pasar bisa diatur. Saya tidak akan intervensi soal pertaniannya,” tambah Emil.
Lebih lanjut, Emi mengatakan sekitar 60 warga Rawa Urip memiliki mata pencaharian sebagai petambak udang dan garam. Desa Rawa Urip, sambungnya, bisa menjadi contoh desa lain untuk bisa mandiri. Pasalnya, lanjut dia, dari 60 warga tersebut secara mandiri mengelola hasil pertaniannya.
“Tugas pemimpin menciptakan sistem agar orang-orangnya bisa berilmu. Di desa ini bisa terwujud program satu desa satu perusahaan. Kemudian, ada curhatan juga soal infrastuktur jalan, irigasi dan potensi bencana banjir di sini,” kata Emil.
Leave a Reply