Jawa Barat Masih Berpotensi Longsor Selama Bulan April 2018

Terasjabar.co – Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kasbani, menjelaskan bahwa gerakan tanah atau longsor masih berpotensi terjadi di Jawa Barat pada Bulan April 2018, terutama di wilayah Jawa Barat bagian tengah-selatan, Selasa (3/4/2018).

“Kawasan puncak juga masih berpotensi terjadi longsor. Bulan April masih berpotensi terjadi. Jawa Barat masih ada potensi terjadi longsor, terutama daerah Jawa Barat bagian tengah selatan,” katanya.

Menurut evaluasi PVMBG, lanjutnya, kejadian gerakan tanah longsor di wilayah Puncak Cianjur-Bogor beberapa waktu yang lalu dipicu oleh intensitas curah hujan sangat tinggi.

Sementara Prakirawan BMKG Bandung, Jadi Hendarmin, mengatakan bencana hidrometeorologi masih akan terjadi pada April ini meskipun curah hujan menurun secara gradual.

Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi semisal curah hujan, kelembapan, temperatur, atau angin. Kekeringan, banjir, badai, longsor, angin puyuh, topan, angin puting beliung, adalah beberapa contoh bencana hidrometeorologi.

“Ini sedang di fase peralihan dari musim hujan ke kemarau. Biasanya di fase inilah kebencanaan hidrometeorologi masih akan berlangsung juga,” kata Jadi Hendarmin.

Hujan lebat dalam durasi singkat dan disertai kilat petir serta angin kencang, ujarnya, masih akan terjadi pada fase peralihan ini.

“Berdasarkan peta peringatan potensi terjadi gerakan tanah atau tanah longsor yang merupakan overlay peta zona kerentanan gerakan tanah atau tanah longsor dan banjir bandang di Indonesia pada April 2018 sedikit berkurang jika dibandingkan dengan Februari dan Maret. Namun potensi gerakan tanah di seluruh Indonesia, termasuk Jawa Barat masih mungkin terjadi,” kata Kasbani.

Karena itu, dia mengimbau beberapa pihak terkait, terutama pemerintah daerah, untuk mengantisipasi terkait terjadinya bencana tanah longsor.

Pasalnya, masyarakat cenderung kurang waspada pada potensi longsor yang terjadi pada saat bukan musim hujan.

“Saat ini masyarakat di daerah rawan longsor cenderung beraktivitas normal semisal berkebun atau ke sawah.”

“Kami memberikan peta prakiraan potensi longsor selama sebulan ke depan. Itu sebagai peringatan dini pemerintah daerah sebagai pedoman. Diimbau, peta kebencanaan digunakan untuk peringatan dini. Kami tidak hanya peta prakiraan gerakan tanah sebenarnya. Gunung api dan gempa bumi, kami juga ada peta prakiraannya,” ujar Kasbani.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 × 3 =