Bunda, Ini Bahaya Obesitas Saat Hamil
Terasjabar.co – Obesitas saat hamil disebut banyak risikonya, Bun. Karena itu kita perlu banget nih menjaga berat badan sejak sebelum memutuskan hamil.
Penelitian dari National Institutes of Health menemukan obesitas memiliki dampak langsung pada perkembangan janin, yang dapat menyebabkan komplikasi yang mengerikan bagi Ibu dan anak. Risiko lainnya, kita juga bisa melahirkan bayi besar alias makrosomia. Nah, bayi disebut makrosomia jika punya berat badan lebih dari 4 kg saat lahir.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi akibat obesitas saat hamil yakni diabetes, tekanan darah tinggi, juga meningkatkan risiko ibu melahirkan dengan c-section, serta mengalami pendarahan yang berlebihan.
Nggak cuma itu, Bun, ada risiko bayi mengalami patah tulang saat dilahirkan. Satu lagi nih, bayi yang lahir besar juga berisiko terkena penyakit kardiovaskular dan menjadi obesitas juga.
“Hasil penelitian kami menggaris bawahi pentingnya memiliki berat badan yang sehat sebelum kehamilan,” kata penulis utama studi tersebut, Cuilin Zhang, M.D., Ph.D., seorang peneliti dari National Institutes of Health, seperti dilansir Daily Mail.
Pada tahun 2014, sekitar 50 persen ibu hamil di AS kelebihan berat badan atau obesitas. Nah, penelitian menunjukkan ternyata nih ada peningkatan severe maternal morbidity (morbiditas maternal yang parah/SMM) terkait dengan obesitas pada ibu hamil tersebut.
Dari riset tersebut, peneliti menyarankan agar dokter memantau secara seksama kehamilan semua perempuan gemuk, terlepas dari apakah mereka memiliki kondisi kesehatan terkait obesitas atau tidak.
Janin Lebih Besar
Periset menganalisis pemindaian ultrasonografi yang dilakukan selama kehamilan lebih dari 2.800 ibu hamil antara tahun 2003 sampai 2013. Data yang diperoleh 443 adalah orang gemuk tanpa kondisi kesehatan yang menyertainya, seperti diabetes, dan lebih dari 2.300 orang tidak obesitas.
Para peneliti mengelompokkan berat badan wanita menurut indeks massa tubuh mereka atau skor BMI. Wanita dengan BMI berkisar antara 30 sampai 44,9 diklasifikasikan sebagai obesitas, sedangkan yang memiliki BMI 29,9 dianggap non-obesitas.
Pemindaian ultrasound dimulai pada minggu ke 21 kehamilan dan mengungkapkan bahwa untuk janin dari ibu yang obesitas, femur (tulang paha) dan humerus (tulang lengan atas) lebih panjang daripada janin yang dikandung ibu non-obesitas.
Dari pengukuran nih Bun, diketahui kalau panjang tulang paha rata-rata janin dari ibu yang obesitas rata-rata lebih panjang 0,03 inci daripada janin dari ibu non-obesitas. Sedangkan panjang humerusnya juga lebih panjang 0,04 inci.
Perbedaan antara janin dari ibu obesitas dan non-obesitas berlanjut sampai minggu ke-38 kehamilan.
Gimana dengan berat lahirnya? Berat lahir rata-rata sekitar 0,2 kilogram lebih berat pada kelompok janin yang dilahirkan oleh ibu obesitas. Bayi-bayi tersebut juga lebih cenderung diklasifikasikan sebagai bayi besar.
Periset tidak bisa memastikan mengapa janin ibu yang obesitas lebih besar dan lebih berat. Namun mereka berteori ibu yang obesitas lebih cenderung mengalami kesulitan menggunakan insulin untuk menurunkan kadar gula darah. Nah, kadar gula darah yang lebih tinggi ini bisa meningkatkan pertumbuhan pada janinnya.
Dikutip dari CNN, ada penelitian terkait obesitas saat hamil yang dilakukan oleh Karolinska Intituet Stockholm nih, Bun. Penelitiannya juga bukan sesuatu yang menyenangkan kalau kaitannya dengan obesitas saat hamil. Peneliti bilang ibu hamil yang beratnya normal memiliki risiko punya anak cacat sebesar 3,4 persen. Tapi, bumil yang obesitas tingkat I (BMI 30-34) risiko memiliki anak cacatnya sebesar 3,8 persen, obesitas tingkat II (BMI 35-39) sebesar 4,2 persen, dan obesitas tingkat III (BMI> 40) sebesar 4,7 persen.
Menurut artikel di American College of Obstetricians and Gynecologists, selama kehamilan, ibu yang obesitas juga memiliki risiko keguguran, preeklampsia, diabetes gestasional, dan hipertensi yang lebih tinggi. Karena itu yuk kita jaga berat badan ideal kita, tak terkecuali saat nggak hamil. (red)
Leave a Reply