Optimalisasi Peran Masjid di Era Modern, Kemenag Jabar Gelar Bimtek untuk Takmir se-Jawa Barat

Terasjabar.co – Masjid memiliki peran strategis dalam kehidupan umat Islam, tidak hanya sebagai tempat ibadah (hablum minallah) tetapi juga sebagai pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan pendidikan. Sejarah mencatat, sejak masa Rasulullah SAW di Madinah, masjid menjadi pusat peradaban yang meliputi kegiatan dakwah, pemerintahan, hingga pengelolaan ekonomi umat melalui Baitul Maal.

Seiring perkembangan zaman, optimalisasi fungsi masjid menjadi tantangan tersendiri. Untuk menjawab tantangan tersebut, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa Barat melalui Bidang Urusan Agama Islam (Urais) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para takmir dan pengelola masjid se-Jawa Barat. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan masjid secara profesional dan berorientasi pada pemberdayaan ekonomi dan sosial.

Kepala Bidang Urais Kanwil Kemenag Jabar, Dr. H. Ohan Burhan, M.Pd.I., menegaskan bahwa masjid saat ini harus kembali pada fungsi aslinya sebagai pusat peradaban Islam. Salah satu fokus utama adalah mengoptimalkan masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat.

“Peran masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga dapat menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi berbasis pemberdayaan masyarakat. Dengan potensi besar yang dimiliki, masjid dapat mendorong kesejahteraan umat melalui berbagai program ekonomi dan sosial,” ujar Ohan.

Menurutnya, pengelola masjid di era modern perlu memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan zaman agar dapat menjalankan program-program yang berdampak luas bagi masyarakat.

Sebagai narasumber dalam Bimtek, Prof. Dr. Hj. Lilis Sulastri, MM., Guru Besar di bidang Ilmu Manajemen, memaparkan berbagai strategi untuk mengoptimalkan fungsi ekonomi masjid. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam tata kelola masjid agar mampu menjawab kebutuhan zaman.

“Inovasi dalam tata kelola masjid sangat penting. Masjid harus menjadi pusat kegiatan ekonomi yang aktif, inklusif, dan modern. Dengan pendekatan yang tepat, masjid bisa menjadi lokomotif pemberdayaan umat,” jelas Prof. Lilis.

Ia menguraikan beberapa model analisis dan pendekatan bisnis yang dapat diterapkan di lingkungan masjid:

  1. Analisis SWOT
    Mengidentifikasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) sebagai dasar penyusunan strategi pengembangan ekonomi masjid.

  2. Business Model Canvas (BMC)
    Mengkaji sembilan komponen utama dalam bisnis, mulai dari segmen pasar, sumber pendapatan, hingga struktur biaya yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat.

  3. Analisis Cluster Bisnis
    Mengidentifikasi dan mengembangkan jenis usaha yang sesuai dengan kebutuhan dan kearifan lokal di sekitar masjid.

  4. Studi Kelayakan Usaha
    Mengevaluasi kelayakan bisnis dari berbagai aspek—ekonomi, sosial, dan budaya—agar kegiatan usaha yang dijalankan bersifat berkelanjutan (sustainable).

Dalam upaya memodernisasi pengelolaan masjid, Prof. Lilis menekankan tiga aspek penting yang perlu diterapkan oleh para takmir masjid:

  1. Promosi dan Pemasaran Digital
    Memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk mempromosikan program pemberdayaan ekonomi masjid. Tidak hanya menampilkan estetika fisik masjid, tetapi juga memperkenalkan inisiatif sosial dan ekonomi yang dijalankan.

  2. Transparansi Keuangan
    Menerapkan sistem pencatatan keuangan secara akuntabel dan transparan, baik melalui pencatatan manual maupun digital. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana masjid.

  3. Jaringan dan Kemitraan
    Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan, pelaku usaha, dan lembaga pemerintah. Selain itu, membangun kolaborasi antar masjid dapat mengurangi kesenjangan dan mendorong pertumbuhan bersama.

Melalui Bimtek ini, diharapkan para takmir dan pengelola masjid di Jawa Barat mampu menghadirkan wajah baru masjid yang lebih dinamis, inklusif, dan berdaya guna.

“Masjid bukan sekadar bangunan fisik yang megah, tetapi harus menjadi pusat kehidupan sosial dan ekonomi umat. Dengan strategi dan inovasi yang tepat, masjid dapat berperan aktif dalam membangun kesejahteraan masyarakat seperti pada masa Rasulullah SAW,” tutup Prof. Lilis.

Dengan pembekalan kompetensi melalui Bimtek ini, diharapkan masjid di Jawa Barat dapat menjadi motor penggerak pembangunan peradaban Islam yang modern dan berkelanjutan.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

twenty + ten =