Bencana di Jabar, Butuh Antisipasi yang Mengakar
Oleh:
Ummu Fahhala, S.Pd.
(Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi)
Terasjabar.co – Astagfirullah, bencana terjadi di mana-mana, ditambah cuaca ekstrem semakin menambah sulit kondisi masyarakat. Seperti laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa ratusan rumah rusak akibat cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah di Provinsi Jawa Barat, sebagaimana yang dilansir news.okezone.com, Jumat (07/02/2025).
Berbagai bencana hampir merata di seluruh Indonesia. Banyak faktor yang memicu terjadinya cuaca ekstrem, diantaranya karena faktor alam atau ulah perbuatan manusia. Faktor alam yang merupakan bagian dari takdir (qadha) Allah Swt. yang harus diterima dengan rida dan sabar, seperti gempa, perubahan iklim, dan sebagainya. Bisa juga karena berbagai kerusakan alam yang diakibatkan perbuatan manusia, seperti di tegaskan dalam QS. Ar-Rum Ayat 41.
Meskipun bencana termasuk ketetapan dari Allah Swt. Setidaknya manusia bisa menggunakan teknologi satelit, perkiraan cuaca dan sebagainya, untuk melakukan mitigasi agar tidak timbul banyak korban serta dampak kerugian dapat diminimalisir.
Dalam sistem kapitalisme, konsep seperti ini tidak berjalan maksimal. Sebab, dalam setiap kebijakan yang diambil menggunakan asas untung rugi. Terlebih, pihak yang berkuasa dalam sistem ini adalah para oligarki, sedangkan negara hanya berperan sebagai regulator kebijakan.
Kerakusan para oligarki dalam mengeksploitasi lingkungan dan kekayaan alam masih tetap eksis sampai saat ini, bahkan semakin meluas. Tindakan itu menimbulkan dampak buruk bagi kerusakan lingkungan dan berpengaruh pada cuaca ekstrem. Mereka hanya fokus pada keuntungan materi. Jika mitigasi bencana dilakukan ala kadarnya, akan mengancam keselamatan banyak rakyat dan merusak bangunan fisik serta tatanan sosial.
Solusi Islam
Sistem Islam sebagai sistem yang komprehensif dan penerapannya ditujukan untuk kemaslahatan rakyat. Upaya penanggulangan bencana meliputi beberapa penanganan, meliputi pra bencana, ketika terjadi bencana dan sesudah bencana.
Sebagai pencegahan bencana, dirancang upaya pra bencana untuk meminimalisir dampak dan menghindarkan rakyat dari bencana. Teknologi alarm peringatan bencana sebagai informasi dari BMKG akan dioptimalkan. Untuk wilayah pegunungan vulkanik, bangunan rumahnya merupakan bangunan tahan gempa dan sejenisnya.
Edukasi kepada masyarakat terus digencarkan, sehingga mereka memiliki pemahaman yang benar terkait persepsi dan kepekaan yang tinggi terhadap bencana serta kesigapan ketika sedang dilanda dan sesudah terjadinya bencana.
Tim SAR dibentuk secara khusus oleh negara, dibekali dengan peralatan dan kemampuan yang canggih untuk melakukan evakuasi terhadap korban bencana, membuka akses jalan dan komunikasi serta penanganan secara cepat terhadap para korban.
Sistem Islam juga akan sigap dalam menyiapkan tempat pengungsian, membuat dapur umum dan posko kesehatan. Para pengungsi akan dipastikan tidak kekurangan bantuan makanan, pakaian, obat-obatan dan sebagainya.
Keberhasilan penanganan bencana pada masa paceklik oleh Khalifah Umar Bin Khattab r.a, yang menimpa Jazirah Arab, dengan membentuk tim yang terdiri dari beberapa orang sahabat yang bertugas untuk melaporkan dan merancang upaya yang akan dilakukan untuk menangani korban paceklik. Sejarah tersebut menggambarkan pemimpin yang senantiasa sigap menangani bencana.
Adapun pengaturan pasca bencana, dalam rangka menangani psikologis warga terdampak bencana dengan memberikan penguatan ruhiyah untuk mengokohkan akidah dan nafsiyah para korban, serta melakukan perbaikan lingkungan tempat tinggal mereka dan berbagai macam sarana umum.
Jika Islam diterapkan secara kafah (menyeluruh) dalam segala aspek kehidupan. Maka negara akan menjalankan fungsinya sebagai ra’in (pengurus) rakyat, termasuk melindungi rakyatnya dari berbagai bencana.
Leave a Reply