DPRD Jabar Imbau Polemik Anggaran Masjid Al Jabbar Dihentikan

Terasjabar.co – DPRD Provinsi Jawa Barat meminta polemik soal anggaran Masjid Raya Al Jabbar diakhiri dan semua pihak fokus bagaimana memakmurkan masjid terbesar di Jawa Barat itu ke depanya.

Anggota komisi V DPRD Jabar Abdul Hadi Wijaya alias Gus Ahad mengatakan Masjid Raya Al Jabbar adalah hasil kerja banyak pihak termasuk warga Jabar.

“Seharusnya hari ini kita bicara bukan ke belakang tapi bagaimana memakmurkannya. Jadi kita harus memikirkan ke sana seperti rencana belanja-belanja, dan nilai pemeliharaannya berapa,” katanya di Bandung, Minggu (8/1/2023).

Menurutnya sejak dicetuskan oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan lalu dibahas bersama DPRD serta stakeholder terkait, pembangunan yang sudah disepakati bersama ini pun dimulai. Ia mengegaskan ini merupakan hasil kesepakatan bersama.

“Jadi ini merupakan sebuah kesepakatan, kalau berbicara politik, kami di dewan dan orang-orang politik sudah memutuskan dan kemudian direalisasikan,” ujarnya.

Gus Ahad sendiri mengetahui proses pembangunan Al Jabbar karena sudah duduk di DPRD Jabar sejak 2013. Menurutnya meski dicetuskan oleh Ahmad Heryawan saat itu pihaknya juga menerima aspirasi dari elemen masyarakat.

“DPRD kan lembaga menerima aspirasi, jadi kami dengarkan aspirasi dari semua masyarakat, kita tanya, butuh gak ini, iya butuh karena selama ini kita nebeng masjid Agung Bandung. Terus berada di tengah kota dan tidak bisa dikembangkan ke mana,” tuturnya.

Menurutnya proses penganggaran saat itu sangat dinamis bahkan membutuhkan waktu cukup panjang hingga muncul kesepakatan.

“Kami masih ingat DPRD waktu itu menyetujui anggaran untuk masjid ini. Artinya ketika ada pengusulan juga pemprov tidak main-main, dan DPRD menyetujui juga bukan main-main karena angka besar sekali,” tuturnya.

Dia juga menuturkan bahwa anggaran Rp 1 triliun tidak turun sekaligus namun dianggarkan secara bertahap. Menurutnya sejak awal dewan dan pihak provinsi sudah menghitung secara detail.

“Untuk sebuah masjid yang megah dan ada pembebasan tanah sekian hektar pasti ini akan besar sekali. Tapi Alhamdulillah dulu bisa dibebaskan jadi kita bisa bangun. Dan saya ikut di periode yang lalu kami sering sekali mendapatkan laporan terkait dengan bagaimana progresnya, kesulitannya apa,” katanya.

Menurutnya pembangunan Al Jabbar terus dilanjutkan ketika terjadi peralihan kepemimpinan dari Ahmad Heryawan ke Ridwan Kamil.

Gus Ahad menuturkan secara norma aturan sudah baku bahwa ketika ada kebutuhan masyarakat, ormas semua menyatakan ingin ada sebuah masjid yang resertatif di Jabar maka kemudian Ridwan Kamil kembali menganggarkan dan dewan menyetujui.

“Jadi prosesnya buat kami jangan terpaku kepada siapa gubernurnya nanti itu tidak akan selesai. Kalau orang akan menimbulkan polemik. Jadi ketika Ridwan Kamil menjadi gubernur, ya gubenur Jabar,” katanya.

Gus Ahad menilai karena Al Jabbar sudah berdiri dan masyarakat antusias menyambutnya, maka polemik soal anggaran tidak perlu diperpanjang. Menurutnya aspek memakmurkan masjid tersebut kini menjadi fokus penting banyak pihak.

“Jadi kita hari ini punya fakta masjid sudah berdiri tolong jangan diskusi mundur karena percuma. Terima kasih atas masukannya tapi hari ini kita sudah tidak lagi diskusi ke belakang itu sudah clear.  Alhamdulillah masjidnya berdiri megah, tidak ada kasus yang memalukan, sudah diresmikan seluruh Indonesia bahkan dunia menjadi terkeren,” katanya.

Wakil Ketua DPRD Jabar Oleh Soleh mengatakan sejak dirinya duduk sebagai anggota DPRD Jabar pada 2014 silam, masjid ini sudah diinisiasi oleh Gubernur Jabar saat itu Ahmad Heryawan, DPRD Jabar, dan para tokoh Jabar.

“Masjid ini mahakarya Jawa Barat ini hasil urun rembuk bersama sejak 2014. Arsiteknya Kang Ridwan Kamil, lalu ditakdirkan menjadi Gubernur,” ujarnya.

Oleh Soleh berharap mahakarya ini tak hanya dijadikan kebanggaan warga Jawa Barat, melainkan juga dunia internasional.

“Kami mengapresiasi dibangunnya Al Jabbar, semoga tak hanya jadi ikon Jabar, melainkan juga memberikan kontribusi kehidupan beragama,” ujarnya.

Menurutnya, masjid ini bisa jadi sarana edukasi warga muslim untuk mempelajari khazanah Islam baik dunia, maupun Jawa Barat.

“Pengunjung akan mendapat oleh-oleh sejarah, gambaran Islam masuk Jawa Barat,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan agar masjid ini harus selalu ramai dengan kegiatan ibadah dan dakwah setiap harinya. Karenanya, manajemen pengelolaan masjid ini menjadi penting.

“Jangan sampai malah nantinya jadi kosong. Makanya, manajemen pengelolaan masjid harus benar-benar dicermati,” katanya.

Ia pun meminta pemerintah mengedepankan keamanan jamaah atau pengunjung, sampai keamanannya dari bencana alam. Juga, katanya, masalah perawatan masjid setiap tahunnya.

Ia berharap Al Jabbar tak hanya menjadi ikon Jawa Barat, melainkan juga dunia internasional. Al Jabbar diharapkan bisa menjadi rujukan masjid lain sebagai masjid yang ramah anak, aktivitas dakwah dan kajian, dan memiliki fungsi sosial.

Selain itu juga diharapkan melahirkan wirausaha, dakwah dan hukum, pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) internasional, hingga pengelolaan lingkungan.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

fourteen − 10 =