Hasil Survei Pilkada Kabupaten Bandung Versi LSI Denny JA, Dadang-Sahrul Unggul
Terasjabar.co – Jelang pencoblosan Pilkada serentak pada 9 Desember 2020, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei terbaru dalam ajang Pilkada Kabupaten Bandung.
Peneliti senior LSI Denny JA, Toto Izzul Fatah mengatakan survei yang dilakukan pada periode 30 November sampai 1 Desember 2020 menggunakan metodologi standar yakni multistage random sampling.
Wawancara dilakukan dengan tatap muka menggunakan kuesioner dengan jumlah responden sebanyak 1.050 orang responden dan margin of error 3,1 persen.
Hasil survei tersebut menunjukkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Bandung nomor urut 3, Dadang Supriatna yang berpasangan dengan artis Sahrul Gunawan unggul dengan perolehan angka 45,7 persen.
Sementara pasangan nomor urut 1 Kurnia-Usman 28,2 persen dan pasangan nomor urut 2 Yena-Atep berada di posisi buncit dengan perolehan 14,0 persen.
“Dari pengalaman survei LSI Denny JA melakukan ratusan kali survei, posisi elektabilitas dengan selisih di atas 15 persen dalam H-seminggu menjelang pemungutan suara seperti terjadi di Kabupaten Bandung, biasanya tidak pernah mengubah posisi urutan pemenang. Pasangan nomor 3 kemungkinan yang akan menang,” kata Toto dalam rilis yang diterima Terasjabar.co, Sabtu (5/12/2020).
Kemungkinan kemenangan yang akan diraih pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 3 Dadang Supriatna Sahrul Gunawan bukan tanpa alasan.
Menurut Toto, dalam hasil survei dua pekan lalu, Dadang-Sahrul memiliki elektabilitas 45,9 persen. Sementara Paslon nomor urut 1 Kurnia-Usman 28,9 persen dan Paslon nomor urut 2 Yena-Atep 13,4 persen.
Menurut Toto, tidak ada pergerakan elektabilitas yang dinamis dikarenakan semua kandidat dalam posisi dukungan yang relatif stabil.
Toto menambahkan, dinamika mungkin akan terjadi pada selisih perolehan suara yang lebih mendekati urutan di atasnya. Misalnya, Kurnia-Usman naik dengan elektabilitas di atas 30 persen. Kendati demikian hal tersebut tetap akan menyulitkan Paslon Kurnia- Usman untuk bisa menyalip Paslon Dadang-Sahrul yang stabil memiliki elektabilitas di atas 45 persen.
“Hanya tsunami politik dan money politic yang biasanya mengubah drastis posisi elektabilitas seperti itu. Tapi tidak mudah bagi dua kompetitor Dadang Supriatna-Sahrul Gunawan untuk membuat isu besar itu,” bebernya.
Sebab rumus umumnya, lanjut Toto, seperti berlaku pada tsunami politik, yaitu seberapa besar mayoritas publik tahu dan seberapa mayoritas publik percaya. Begitu pula jika ingin menggunakan money politics. Apabila hal tersebut tidak dilakukan secara masif maka tidak akan banyak memberi efek signifikan.
Bahkan bisa jadi, alih-alih ingin mendongkrak suara, yang terjadi malah diskualifikasi. Dengan kata lain, lanjut Toto, sebaiknya semua kandidat berpikir ulang untuk melakukan praktik money politics. Sebab, selain akan merusak tatanan demokrasi, juga berpotensi pidana.
Dari temuan data terbaru LSI Network Denny JA, ada beberapa faktor penting yang membuat pasangan Dadang Supriatna- Sahrul Gunawan konsisten berada di posisi elektabilitas tertinggi.
“Karena Bedas memiliki dukungan yang relatif merata di semua segmen demografis baik gender, suku, agama, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, usia, profesi, pemilih partai, pemilih ormas dan bahkan dukungan setiap zona dapil,” ungkap Toto.
Di samping itu, dalam simulasi personal, elektabilitas Dadang Supriatna juga relatif aman di posisi 40 persen. Hal yang membedakan dengan dua pasangan lainnya adalah suntikan elektabilitas yang cukup besar dari calon wakilnya, Sahrul Gunawan yang unggul dari calon wakil bupati lainnya dengan perolehan elektabilitas 48,9 persen.
Sementara calon wakil bupati lainnya, Usman Sayogi hanya 16,3 persen dan mantan bintang Persib Bandung Atep Rizal memiliki elektabilitas 20,0 persen.
“Kenaikan elektabilitas pasangan Dadang-Sahrul juga terjadi pada pemilih yang berkategori strong supporter, dari sebelumnya 24,5 persen naik menjadi 29,5 persen. Ini artinya, pasangan Dadang- Sahrul sudah punya bekal suara militan 29,5 persen yang tidak akan berubah sampai hari H pencoblosan. Bandingkan dengan modal suara militan pasangan Kurnia-Usman yang hanya 19,6 persen dan Yena-Atep hanya 8,5 persen,” tandasnya.
Leave a Reply