Desa Santanamekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya Bertekad Menjadi Desa Wisata Agro dan Wisata Edukasi

Terasjabar.co – Kabupaten Tasikmalaya merupakan Kabupaten yang kaya akan potensi pariwisata yang belum terjamah dan belum dikelola dengan serius, sepertinya halnya di Desa Santanamekar Kecamatan Cisayong memiliki obyek wisata yang masih perawan yaitu Curug Batu Blek dan Gado Bangkong yang jaraknya cukup mudah dijangkau.

“Dari pusat Kota Tasikmalaya, menuju Curug Batu Blek dapat diakses lewat jalur Tasikmalaya menuju Cisayong lalu ke Curug Batu Blek. Jarak tempuhnya sekitar 17 Km, lokasi Curug berada dikawasan lahan hutan lebih dari 400 hektar dengan ketinggian di atas 1000 MDPL sangat cocok untuk pengembangan budidaya kopi”, kata Andri Darmawipraja (Ketua LMDH Kalpataru Jaya) kepada Terasjabar.co, Minggu (1/8/2020).

“Melihat potensi Alam yang subur dan pemandangan yang indah, saya mengharapkan Desa Santanamekar menjadi Desa Agrowisata dan Edukasi serta memadukan dengan Wisata Agro dengan Wisata Alam, dan masyarakat yang berada di Sekitar Kawasan Hutan dapat turut berperan aktif dalam pengembangan budidaya kopi”, tambah Andri

Lebih lanjut dikatakannya bahwa Curug Blek airnya yang segar serta suasana alam yang terbilang masih perawan ini pun jadi magnet tersendiri wisata Curug Batu Blek. Maklum saja, untuk mencapai lokasi pengunjung harus menempuh petualangan alam dengan berjalan kaki. Sebab, jarak tempuh dari parkiran motor ke curug sekitar 40 menit jalan kaki.

“Motor tidak bisa sampai kelokasi karena harus melintasi jalan setapak pesawahan yang hanya bisa dilalui pejalan kaki”, kata Andri.

Andri Darmawipraja (Ketua LMDH Kalpataru Jaya), Supri (Penggiat kopi Sukaratu), Penyuluh Pertanian Desa Santanamekar (Asep), Ade Saepudin (Kepala desa Santanamekar) (Istimewa)

Menurutnya, lokasi wisata Curug Batu Blek juga aman untuk dipakai berendam dan berenan, namun, pengunjung harus tetap waspada jika kondisi hujan atau air sedang deras.

“Dinamakan curug batu blek karena airnya tercurah dari atas batu besar yang mirip blek (kaleng kerupuk versi sunda) berbentuk persegi,” ucapnya Andri.

“Untuk menjadikan Desa Santanamekar menjadi desa agrowisata dan edukasi serta memadukan dengan Wisata Agro dengan Wisata Alam, guna meningkatkan perekonomian warga kami sudah mulai mengadakan penjajagan dan musyawarah saya sebagai Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kalpataru Jaya dan Puluhan warga petakan kesiapan penanaman kopi di lahan seluas 200 hektar yang dilaksanakan pada Kamis 30/7/2020 di aula desa Santanamekar. Acara Pemetaan turut hadir Kepala Desa Santanamekar Ade Saepudin, penggiat Kopi Sukaratu Supri, dan penyuluh pertanian desa Santanamekar Asep Suryaman. Dan beberapa orang tokoh masyarakat”, jelasnya.

Menurut Supri, salah seorang penggiat Tanaman Kopi bahwa Areal Santanamekar dengan luas lahan desa hutan lebih dari 400 hektar dengan ketinggian di atas 1000 mdpl cocok untuk pengembangan budidaya kopi.

“Dan untuk peluang areal wilayah daerah Batu Blek yang tembus ke Cikameri wilayah yang bisa dikembangkan. Kalau dilihat dari satelit hamparannya mendukung. Potensi ketinggian 1012 mdpl sampai 1036 mdpl itu potensi untuk penanaman kopi sudah cocok dan memenuhi syarat,” ucapnya.

Sementara Asep Suryaman selaku penyuluh pertanian desa Santanamekar menghimbau agar dalam pembukaan lahan untuk penanaman kopi warga harus memperhatikan ekosistem di hutan.

“Galunggung kawasan hutan lindung. Jadi ada batasan apa yang boleh dan tidak boleh ditanam, jelasnya. Hal seperti ini tentu harus diperhatikan warga karena diantara fungsi hutan adalah tempat penyimpanan air bagi warga sehingga pembukaan lahan jangan sampai mengganggu fungsi hutan sebagai penyedia air”, katanya.

“Pada pertemuan LMDH dan warga Ade Saepudin Kepala Desa Santanamekar agar pembukaan lahan dapat berjalan dengan baik maka perlu dibentuk kelompok kecil yang berada dibawah koordinasi LMDH. Ade juga menambahkan jika penanaman kopi sudah dimulai maka warga diharapkan untuk melakukan tumpang sari disekitar areal kopi dengan tanaman pendek agar warga juga dapat penghasilan sebelum panen kopi. Karena kopi tanaman jangka panjang maka harus tumpang sari, nanam kacang, jagung, sebagai penghasilan warga jangka pendek karena untuk menunggu panen kopi lumayan cukup lama”, tegas Ade.

Menurut percakapan dengan terasjabar.co Andri mengatakan bahwa untuk mengubah pola pikir dan pola tanam bagi warga petani di pedesaan sangat berat, namun kami akan mencoba untuk mengaplikasikan dan berusaha semaksimal mungkin walau tantangan terasa berat.

Untuk mewujudkan impian masyarakat Desa Santanamekar saya berusaha mencari solusi/bantuan berupa Dana untuk proses penanaman dan pemeliharaan di karenakan untuk rencana program kopi saat ini hanya tersedia bibit dan pupuk aja.

“Sedangkan untuk biaya penanaman, dan pemeliharaan diperlukan bantuan dana untuk menunjang hidup para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani yang tergabung dalam LMDH Kalpataru Jaya, untuk itu kami mengharapkan ada Pimpinan Perusahaan Daeah, Perusahaan Negara atau atau Lembaga Pemerintahan yang mau menjadi Bapak Angkat bagi para petani Kopi yang tergabung dalam LMDH Kalpataru”, kata Andri.

Selain itu juga Andri mengharapkan kepada Pemerintah juga harus menyediakan lahan pasar dan harga, supaya petani lahan kawasan ini bisa bertahan bahkan berkembang dalam kelangsungan hidupnya juga dapat mengurangi pengangguran di wilayah pedesaan, dan menakan terjadinya migrasi dari desa ke kota. ***Ocid Sutarsa

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

6 − five =