Curah Hujan Tinggi, Ridwan Kamil Minta Masyarakat Jawa Barat Siaga 1
“Sesuai instruksi, tiga hari ini banyak hujan. Maka saya umumkan juga peringatan kemungkinan hujan deras, tapi diprediksi tidak akan seekstrem yang di tanggal 1 Januari karena pusat siklon antarbenuanya sudah berakhir,” kata Gubernur yang akrab disapa Emil tersebut di Gedung Pakuan, Kamis (9/1/2020).
Jawa Barat, katanya, adalah provinsi dengan angka bencana hidrologis yang tinggi. Setiap tahun ada sekitar 1.500 laporan kebencanaan yang mayoritas adalah bencana alam yang berhubungan dengan air antara banjir di Jabar bagian tengah ke utara atau longsor dari Jabar tengah ke selatan.
“Oleh karena itu khusus tiga hari ini karena prediksi BMKG hujan akan ekstrem dan berkepanjangan, saya minta bersiaga. Kepala daerah sudah saya hubungi semuanya, BPBD stand by, sudah diingatkan, ya, lewat Sapa Warga, siap-siap untuk siaga 1,” katanya.
Emil mengatakan pada pekan depan semua bupati dan wali kota yang daerahnya terdampak banjir dan longsor pada 1 Januari 2020 akan dikumpulkan untuk membahas teknis penanggulangan dan mitigasi bencana di level Provinsi Jawa Barat.
“Bagaimana bagi-bagi tugas dalam menangani bencana berbasis air. Membangun bendungan sekitar 3 sampai 4 lokasi lagi di zona terdampak,” kata Emil.
Hal serupa, katanya, telah dibahas dalam rapat bersama presiden beberapa waktu lalu. Rapatnya cukup panjang karena yang dibahas adalah penanggulangan dan mitigasi bencana secara komprehensif.
“Rapat itu memastikan tanggap darurat selesai secepatnya. Jabar saya kira sudah, sekarang pascakejadian memastikan bantuan kebutuhan bantuan lancar,” katanya.
Isu terakhir di Jawa Barat, katanya, hanya kawasan bencana terisolasi di Kabupaten Bogor yang memang sudah terbuka oleh akses udara. Longsoran pun 80 persen sudah terbuka, dari laporan dari Menteri PUPR.
Sebanyak 2.000 rumah keluarga di Bogor pun akan direlokasi ke kawasan yang lebih aman di lahan PTPN. Rumah mereka rusak dan terancam akibat longsor yang terjadi pada awal tahun.
“Kemudian akan ada rapat teknis pembagian tugas dalam mengelola tata air yang berada di Jabodetabek. Karena sistem air kita kemarin tidak didesain untuk (curah hujan) sampai mendekati 400 mm. Jadi faktor ini di secara resmi adalah cuaca ekstrem, yang biasanya 100 mm itu paling tinggi, kemarin itu tertinggi dalam 154 tahun, jadi sangat-sangat tinggi. Di Halim sampai 377 mm,” katanya.
Instruksi berikutnya, katanya, adalah percepat program infrastruktur Bendungan Ciawi dan Sukamahi yang diharapakan akhir tahun ini selesai.
Ia pun mengusulkan pembangunan bendungan-bendungan baru di Bekasi dan Bogor termasuk yang menyebabkan banjir di Karawang.
“Ada bendungan penampung aliran Cibeet dan Cilamaya, Cileungsi, Cikeas juga. Intinya presiden setuju pengalihan air ke arah utara yang di perkotaan harus ada pengendalian lebih baik lah kira-kira,” ujarnya.
Presiden pun, katanya, secara khusus membahas banjir yang biasa terjadi lama di sekitar Sungai Citarum. Berdasarkan foto satelit, pada kawasan yang biasa mengalami kini tidak banjir, minimal cepat surut.
“Ini menandakan Terowongan Nanjung itu berfungsi. Kan hujannya sama besarnya tapi hebohnya tidak terjadi di tempat yang rutin yang biasanya terjadi. Karena itu kemungkinan Bapak Presiden juga akan datang untuk meresmikan Terowongan Nanjung,” katanya.
Penanganan banjir Citarum ini akan dijadikan referensi, sebagai contoh yang baik untuk menangani banjir.
Leave a Reply