Terpilih Secara Aklamasi, Dr. Lilis Sulastri Resmi Jabat Ketua Umum MES Kota Bandung Periode 2019-2024

Terasjabar.co – Musyawarah Daerah III MES Kota Bandung yang digelar di Grand Asrilia Hotel Convention & Restaurant Bandung, Sabtu (23/11/2019), secara aklamasi memilih Dr. Lilis Sulastri, S.Ag., MM. sebagai Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Kota Bandung Periode 2019-2024. Lilis akan didampingi oleh Anton Budiana sebagai Sekretaris Umum, dan Juliani Sri Sadikin sebagai Bendahara Umum.

Ketua Tim Formatur Musda III MES Kota Bandung, H. Ahmad Suwardi, menilai Lilis pantas memimpin MES Kota Bandung karena kiprahnya dalam mengembangkan ekonomi syariah di Kota Bandung.

“Dalam berbagai kegiatan ekonomi syariah, Bu Lilis ini selalu aktif berpartisipasi. Selain itu, sebelumnya beliau juga menjabat Ketua Bidang Kerjasama dan Kemitraan MES Kota Bandung” kata Ahmad.

Lebih lanjut menurut Ahmad, terpilihnya Dr. Lilis Sulastri merupakan sejarah baru bagi MES, karena Lilis menjadi satu-satunya ketua umum perempuan.

“Ibu Dr. Lilis ini satu-satunya Ketua Umum MES perempuan di seluruh dunia. Karena MES ada juga kan perwakilannya di AS, Eropa dan negara-negara Asia,” tambahnya.

Sementara itu, Ketua Umum MES Kota Bandung Periode 2016-2019, Harry Maksum, menyebutkan Musyawarah Daerah III MES Kota Bandung seharusnya dilaksanakan pada bulan September 2019 lalu. Namun karena ada satu dan lain hal, akhirnya pelaksanaannya dirangkaikan dengan kegiatan TOT Da’i Ekonomi Syariah pada 22-23 November.

“Alhamdulillah, saat ini sudah terpilih Ketua Umum baru, sehingga saya sudah bisa berkonsentrasi penuh menyelesaikan program-program MES Jawa Barat,” jelas Harry yang sekarang menjabat Sekretaris Umum MES Jawa Barat, seraya berharap kepengurusan MES Kota Bandung di bawah kepemimpinan Dr. Lilis Sulastri bisa lebih maju dan berkembang.

Sementara itu, Ketua Umum MES Kota Bandung terpilih, Dr. Lilis Sulastri, S.Ag., MM. mengatakan tantangan yang dihadapi oleh ekonomi syariah masih berat. Literasi keuangan syariah, edukasi, dan sosialisasi, menurutnya masih belum optimal. Buktinya, market share keuangan syariah nasional baru berkisar 8,29 persen di luar saham syariah. Sementara market share bank syariah masih sekitar 5,95 persen.

“Artinya masih banyak umat Islam yang belum menggunakan instrumen keuangan syariah dalam bermuamalah,” jelas Lilis.

Oleh karenanya, Lilis berjanji akan bekerja sama dengan seluruh stake holder ekonomi syariah di Kota Bandung, untuk mengembangkan dan memajukan perekonomian syariah.

Wanita yang juga menjabat Sekretaris Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini yakin, masyarakat Kota Bandung memiliki semangat yang tinggi untuk bermuamalah secara syariah.

“Pak Wali Kota juga sangat concern terhadap perkembangan ekonomi syariah di kota Bandung,” ujarnya

Secara historis, tambahnya, rintisan pelembagaan sistem ekonomi syariah sudah dimulai dari Kota Bandung melalui Koperasi Teknosa Salman ITB yang di tahun 1980-an sudah menjalankan sistem bagi hasil sebagai implementasi dari sistem ekonomi syariah.

“Kota Bandung selalu menjadi pioneer. Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) didirikan di Kota Bandung. Jadi secara historis, Kota Bandung adalah Kota Perjuangan Ekonomi Syariah,” pungkas Lilis.

Bagikan :

Leave a Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *