Masuk Pancaroba, Wilayah Jabar Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem
Terasjabar.co – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi Jawa Barat memasuki peralihan dari musim hujan ke musim kemarau (pancaroba) pada April-Mei 2021. Kondisi tersebut memicu cuaca ekstrem hingga harus ditanggapi dengan waspada, tidak panik, dan berhati-hati.
Kepala BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, dalam dua sampai tiga hari ke depan prediksi angin akan melemah sehingga potensi hujan dapat kembali terjadi.
“Perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem selama periode transisi atau pancaroba,” ujar Ayu, sapaan akrab Teguh Rahayu, Senin (12/4/2021).
Berdasarkan prospek cuaca Jabar yang dibuat BMKG menjelaskan, dilihat dari potensi kecepatan angin kencang dan tinggi gelombang terjadi di sebagian pesisir barat Sumatera, pesisir Selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara untuk tiga hari ke depan. Dimana kecepatan angin tercatat, berkisar antara 20-30 knot dan tinggi gelombang berkisar 3-5 meter.
Sementara itu, untuk aktivitas gelombang atmosfer di prakirakan masih aktif dalam sepekan ke depan, gelombang Equatorial Rossby akan mendominasi wilayah Indonesia bagian selatan termasuk diantaranya Jawa dan Bali, serta Samudera Hindia Selatan Jawa. “Kondisi-kondisi tersebut akan masih memberikan suplai uap air di wilayah Pulau Jawa,” ujarnya.
Lebih lanjut, prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF) untuk dampak banjir atau banjir bandang yang dibuat BMKG memiliki potensi dampak dengan status waspada untuk wilayah Garut, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Majalengka, dan Ciamis. BMKG pun menyebut, beberapa dampak secara umum yang terjadi dari cuaca ekstrem tersebut diantaranya sebagian kelompok masyarakat terisolir, terjadi kerusakan pada rumah atau bangunan lain, sebagian masyarakat kehilangan mata pencaharian, dan jembatan rendah tak dapat dilintasi.
Dampak lainnya seperti gangguan pada layanan air bersih, listrik, dan gas (skala sedang-menengah), mulai terjadi kerusakan pada tanggul-tanggul sungai, longsor atau guguran bebatuan (erosi tanah) dalam skala menengah, volume air sungai meningkat (banjir), perjalanan kereta dan pesawat dibatalkan atau ditunda, dan lain-lain. Termasuk cuaca ekstrem selama periode transisi (pancaroba) berupa hujan lebat, hujan es disertai petir, dan angin kencang atau angin puting beliung.
“Ya (hujan es terhitung normal) mungkin lebih tepatnya wajar terjadi di bulan Maret-April ini,” ujar Ayu.
Dia pun mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan oleh kondisi cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin.
“Bagi yang sedang dalam perjalanan di jalan raya, apabila terjadi cuaca ekstrem seperti hujan deras disertai petir diharap segera menepi dan masuk ke gedung. Hindari berlindung di bawah pohon besar pada kondisi demikian, menjauhi tebing jika berada di wilayah yang berbukit,” jelasnya.
“Ketika terjadi hujan ekstrem dengan durasi lama harap menjauhi aliran sungai yang berpeluang meluap. Hal yang perlu diwaspadai oleh masyarakat saat ini adalah tetap tenang dan waspada, berkaitan dengan peringatan dini tinggi gelombang, bagi masyarakat yang tinggal di pesisir atau perairan Selatan Jabar diharap agar selalu berhati-hati dan memperhatikan rambu-rambu keselamatan yang ada,” pungkasnya.
Leave a Reply