Jabar Saber Hoaks Deteksi 5.685 Kabar Bohong Dalam Setahun

Terasjabar.co – Jabar Saber Hoaks mendeteksi 5.685 informasi hoaks dalam kurun waktu setahun sejak mereka berdiri, yaitu pada periode Desember 2018 hingga November 2019.

Hoaks dengan tema politik menjadi warna yang cukup menonjol dalam perjalanan Jabar Saber Hoaks memverifikasi informasi hoaks.

Alfianto Yustinova, Kepala divisi verifikasi dan diseminasi Jabar Saber Hoaks menuturkan, dari 5.685 informasi hoaks yang terdeteksi, 1.731 di antaranya merupakan hoaks politik. Jumlah tersebut mendominasi laporan hoaks dengan topik lainnya.

Urutan kedua ditempati informasi hoaks terkait regulasi hukum dengan 922 informasi hoaks dan peringkat ketiga diduduki informasi hoaks tentang SARA yaitu 571 informasi.

“Kebanyakan informasi disebarluaskan di platform media Whatsapp sebanyak 2.374 informasi hoaks. Kemudian, melalui platform Instagram sebanyak 1.961 informasi hoaks dan melalui Facebook 666 informasi hoaks,” kata Alfianto, Minggu (29/12/2019).

Menurut dia, isu politik sepanjang 2019 mendominasi. Banyak agenda politik mulai dari pemilu presiden, pemilihan legislatif, hingga pelantikan menteri.

Isu politik tersebut tidak sepanjang bulan terus meningkat, ada kalanya menurun, tetapi pada umumnya setelah turun kembali naik, dipicu agenda politik di tingkat nasional pada 2019.

“Setelah selesai pemilu, ada semacam masa sanggah, kemudian ke MK, lalu sempat ada isu gesekan TNI dan Polri, mereda, dan kembali naik saat pelantikan presiden dan pengangkatan menteri,” tutur dia.

Selain itu, hokas dengan isu hukum cukup ramai di 2019 dengan adanya ketidakpuasan kebijakan dari kementerian. Misalnya, soal UU KPK dan revisi KUHP sehingga isu hukum menempati urutan kedua.

platform yang banyak digunakan yaitu Whatsapp karena aplikasi tersebut umumnya dimiliki masyarakat dalam telefon genggamnya.

Dia mengatakan, tahun depan, isu politik di Jawa Barat masih akan menghangat karena akan ada pilkada serentak.

Sementara itu, Sosiolog Unpad Budi Rajab mengatakan, persebaran informasi yang belum tentu benar di tengah masyarakat saat ini tidak dapat dihindari.

“Orang-orang demam gawai, orang ingin kirim sesuatu setelah baca sesuatu dari smartphone. Kalau tidak baca atau kirim terlepas benar apa salah, gatal tangannya, kalau mereka tidak langsung membagikannya. Merasa ketinggalan zaman kalau tidak menyebarkannya, mau salah atau benar, pokoknya ramai saja,” kata dia.

Bagikan :

Leave a Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

nine + three =